My Dear Frodo

Di antara sedikit kisah fantasi yang mendunia, Lord of The Ring adalah kisah yang paling berbekas bagiku.





Sejak kelas 5 atau 6 SD hingga saat ini masih belum bosan-bosan melihat film yang digarap Peter Jackson itu.

Jika dibandingkan Harry Potter yang lebih terkenal di kalangan teman-teman. LoTR memiliki satu keutamaan yang tak ada pada kisah kisah kepahlawanan lain.

Hari Potter, Narnia bercerita tentang bagaimana seseorang mendapatkan kebesaran yang dapat ditakar dengan ukuran.
Edmund dan siblings-nya menjadi raja Narnia seperti sebagaimana yang dikatakan sebuah Nubuat bahwa Narnia akan damai jika dipimpin putra putri Adam.

Harry Potter lain lagi disaat dia masih bayipun kejadian luar biasa sudah menyertainya sehingga bab awal novel 'The Soccerers Stone' berjudul 'A Boy Who Survive'. Selain daripada itu ayah dan ibunya memang penyihir yang hebat.

Sedangkan LoTR untuk menyingkirkan kegelapan yang berusia ribuan tahun memilih menggunakan Frodo Baggins, seorang Hobbit yang tidak spesial bahkan dikalangan Hobbit sendiri. Orang tua Frodo meninggal 'hanya' karena tenggelam. Bilbo jauh lebih spesial daripada Frodo.

Itulah yang extra ordinary dari LoTR, Tolkien memilih Frodo yang from nothing to something dalam perjalanannya, istilah from zero to hero tidak tepat. Karena Frodo tidak memiliki kebesaran yang dapat diukur. Gandalf atau Aragornlah yang mungkin akan dipilih penulis lain untuk mengemban tugas itu.

Itulah keindahannya...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenai Anime Monster (2004)

Trans Semarang dari Poncol ke UNDIP

The Lord Of The Ring dan Optimisme Akan Takdir