Memaksa Membaca
Beberapa bulan lalu disela-sela kegiatan membersihkan meja belajar saya menyadari suatu hal. Selama menempuh tiga tahun dibangku kuliah jumlah buku yang dibaca ternyata tidak lebih dari atau masih lebih sedikit dibandingkan jumlah buku yang dibaca selama dibangku SMA. Kalau saya mencoba mengingat-ingat memang kegiatan ‘literasi’ di bangku SMA pada waktu itu terasa lebih hidup dengan lebih sering ke perputakaan daerah, pinjam-meminjam buku dengan teman, bahkan salah satu buku bergenre sejarah fiksi menjadi bahan perbincangan yang tak habis-habis dengan beberapa teman saat itu. Karya agung Tolkien trilogi The Lord of The Ring ditambah novel pembukanya The Hobbit pun bisa di khatamkan ketika SMA. (Saat itu belum terdapat Silmarillion versi terjemahan dan bahasa inggrisnya terlampau tinggi untuk dipahami.) Entah mengapa di masa perkuliahan dan menyandang ‘status’ Mahasiswa yang notabene akses ke buku-buku berkualitas (yang ditulis oleh penulis-penulis besar) lebih banyak justru