Lempeng Tektonik
Teori Tektonika Lempeng adalah teori yang
dikembangkan untuk memberi penjelasan-penjelasan atas bukti-bukti pergeseran
skala besar oleh Litosfer (berasal dari kata Yunai Lithos yang bererti batu)
atau kerak bumi. Bagian terluar dari interior bumi terdiri atas dua lapisan
yaitu kerak dan bagian teratas mantel bumi yang kaku dan padat.
Di bawahnya terdapat astenosfer (berasal
dari kata Yunani asthenes yang berarti lemah) yang padat tetapi bisa mengalir
layaknya cairan dalam waktu yang sangat lama. Di bawahnya terdapat lapisan
mantel yang lebih keras bukan karena suhu lebih dingin melainkan tekanan yang
lebih besar.
Lapisan litosfer dibagi ke dalam
lempeng-lempeng tektonik, yang menumpang di atas astenosfer. Mereka bergerak
secara divergen (menjauh), konvergen (bertubrukan) maupun transform
(menyamping). Dan dahulu membentuk satu lempeng besar yang disebut pangeae.
Begitulah yang kita pelajari dalam
pelajaran Geografi dalam bangku sekolah. Apabila kita mengatakan bahwa Bumi
terdiri atas lempeng-lempeng yang dahulunya satu pada beberapa abad silam maka
bukan tidak mungkin kita akan ditertawakan. Hal itu tampak mustahil bahkan
dikalangan para Geologis mereka cenderung berpendapat bahwa bumi sudah sejak
sedia kala dalam keadaan tetap.
Sebenarnya pemikiran tentang lempeng
tektonik yang dahulunya satu telah dimulai ketika orang mengamati gambaran peta
yang tampak seperti puzzle karena memiliki kecocokan antar sisinya. Hal ini
telah diamati Leonardo Da Vinci pada abad ke 15, Frncis Bacon dan Abraham
Ortelius (pembuat peta Belanda) pada abad ke 16, dan ahli alam George Buffon
dan Alexander von Humboldt pada abad ke 18. Pada tahun 1858 ahli Geografi
Antonio Snider-Pelligrini membuat peta pertama yang menggambarkan keadaan
benua-benua yang dulunya satu bagian. Tapi ini diabaikan sebagian besar ilmuan
kerana tidak memiliki bukti ilmiah.
Pada abad ke 19 Alfred Wegener meteorolog
muda asal Jerman kembali memunculkan teori ini, ia berpendapat bahwa 200 juta
tahun yang lalu benua-benua merupakan kantinen super besar dan mulai ‘pecah’
sekitar 150-100 juta tahun yang lalu. Ia mendasarkan teorinya atas beukti
Geologi yang kuat, diantaranya adalah adanya kesamaan fosil batuan di
pantai-pantai yang jaraknya berjauhan. Ia mengambil analogi “Sama seperti
menyusun kembali sobekan-sobekan Koran dengan menyamakan ujung-ujungnya dan
kemudian memeriksa apakah garis-garis cetakan telah sesuai. Jika sama, tidak
ada kesimpulan lain selain kesimpulan bahwa kepingan-kepingan itu tergabung
seperti ini (sobekan Koran yang disatukan.)” teorinya merupakan teori
pergerakan benua. Bagi wegenar fosil-fosil temuanya merupakan tulisan di atas
kertas dan kertas Koran adalah benuanya. Diantaranya adalah fosil yang khas
disuatu iklim seperti batu bara yang menunjukan dahulunya Antartika beriklim
tropis. Iklim kian berubah menyesuaikan pergeseran benua.
Rollin C. ilmuwan dari University of
Chicago berkata, “Mungkinkah Geologi dapat disebut ilmu pengetahuan jika ada
teori yang tidak terkontrol seperti ini?” bahkan ada Geologis yang berkata,
“hal yang benar-benar tidak masuk akal!”. Mayoritas Geolog diseluruh dunia
terutama Amerika tak mendukung pendapat Wegener . Wegener menemui kesalahan
fatal, yaitu ia tak biasa menjelaskan kenapa benua-benua itu bergerak. Ia terus
mencari bukti-bukti hingga ia meninggal dalam ekspedisi melintasi lapisan es di
Greenland tahun 1930.
Penelitian terus berlanjut (Perlu diketahui
bahwa kunci benarnya teori tektonika lempeng ini ada pada . lapisan kerak dalam
laut yang dahulunya penelitian terhadap topografi laut sangat minim) pada tahun
1920 muncul teori bahwa didalam laut terdapat pematang (Daerah yang lebih
tinggi dari dasar laut, atau pegunungan laut) yang bisa mencapai ketinggian
4.500 meter dari dasar dan mengelilingi bumi sepenjang 60.000 km.
Lalu menyusul dengan ditemukannya variasi
medan magnetic yang aneh didasar laut. Saat ini medan magnetic menunjuk seperti
kompas yaitu ke Utara, tapi variasi medan magnet yang ditemukan hanya dapat
dihasilkan oleh pembalikan medan magnet bumi yang berulang-ulang. Yang
memunculkan pertanyaan akankah kompas suatu saat secara tiba-tiba menunjuk kea
rah selatan atau akan menunjuk kea rah selatan secara bertahap? Hal (pelamparan
dasar laut dan pembalikan medan bumi) ini diteliti lebih lanjut oleh
Geologsekaligus pengagum Wegener Harry
H. Hess dan oceanograf Ron G. Mason.
Pada tahun 1965 Ilmuan Kanada J. T. Wilson
menggabungkan teori pergerakan benua dengan pelamparan dasar laut. Ia
mengusulkan bahwa lapisan bumi terluar yang keras terpecah menjadi beberpa
lempeng yang bergerak. Dan teori pergerakan yang semula ditolak mentah-mentah
ini akhirnya ramai digunakan.
Pada akhir tahuan 1960an penemuan fosil
baru juga membuktikan ide-ide bahwa benua-benua bergerak. Di Antartika peneliti
menemukan fosil reptilia sebesar domba yaitu Lystrosaurus, mirip dengan fosil
yang ditemukan di Afrika dan India. Ini mengindikasikan 200 juta tahun lalu
Antartika, Afrika dan India pernah bersatu. Pada era 70an dukungan untuk teori
ini semakin banyak.
Hal yang semula teori berubah menjadi dogma
yang diterima hingga akhirnya semua buku harus dicetak ulang. Kita tak lagi
menyebutnya sebagai Teori Tektonika Lempeng tapi Tektonika Lempeng atau
pergerakan lempeng saja. Ini membantu kita untuk mengerti bentuk Bumi dulu,
sekarang dan esok.
Selama ratusan juta tahun bentuk bumi berevolusi
membentuk berbagai relief dari yang semula sebuah kontinen raksasa yang disebut
Pengea pecah menjadi Laurasia dan dataran Gndwana hingga menjadi seperti
sekarang. Menunjukkan betapa besarnya kekuatan bumi sekaligus betapa besarnya
tanggung jawab mereka yang diberi wewenang di bumi.
“Sesungguhnya Aku hendak menempatkan
seorang khalifah di muka Bumi” Al Baqarah 30
Ada salah satu ayat yang menurut penulis
menarik untuk menjelaskan teori tektonika lempeng yaitu An-Naba ayat ke 6 dan
ke 7:
“Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu
sebagai hamparan? Dan gunung-gunung sebagai pasak?”
Secara pemahaman tekstual Alllah menjadikan bumi suatu
hamparan. Mungkinkah itu Pangea?. Begitulah Allah mengkabarkan keadaan Geosfer
bumi kita dan begitu terbatasnya akal kita dalam memahami sekalipun
ciptaan-Nya. Maha Benar Allah atas segala Firman-Nya…
Wallahu ta’ala A’lam
Pradika Annas K.
Sumber
Wikipedia : Teori Tektonika Lempeng
Furius Earth the Science and Nature of Earthquakes, Volcanoes, and
Tsunamis. Ellen J. Prager, Ph. D. cet Pakar Raya tahun 2008
Komentar
Posting Komentar