Belajar Itu Sederhana
Setelah dalam beberapa postingan saya sebelumnya yang
cenderung curhat soal permasalahan-permasalahan yang dihadapi hampir setiap
harinya di sekolah, saya sendiri hampir terlupa bagian yang tak kalah
penting.Yaitu, bagaimana saya selama ini belajar.
Yah memang saya ini bukan siapa-siapa, artikel-artikel
semacam ini justru untuk mengingatkan diri sendiri. Karena saat memberi masukan
atau memberi kritik pada orang lain tidak lain kita juga belajar memenuhi
masukan tadi bagi diri sendiri.
Dalam postingan sebelumnya saya sempat bingung tentang
kondisi pendidikan di Indonesia. Ingin bilang kurang baik tapi Negara kita
sering menyabet penghargaan di berbagai bidang olimpiade, tapi kalau membaca
beberapa survey tentang masalah pendidikan ya ngeri juga.
Salah satunya adalah survey tentang tingkat membaca di
kalangan pelajar Indonesia yang hanya berkisar 0,1% itu berarti di antara 1000
orang pelajar hanya 1 yang benar-benar membaca di bandingkan dengan Jepang yang
mencapai 8%.
Entah valid ataupun tidak datanya pun saya lupa dari mana,
(dasar penulis ga bertanggung jawab hehe) tapi jika kita tilik maka data di
atas tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di lapangan. Jarang mah orang
mau baca buku isinya rumus kalo dia bukan seorang pelajar yang akan menghadapi
ulangan, seleksi dan punya tugas.
Memang standar intelegensi tidak dilihat dari beberapa
tumpuk buku yang dibaca, berapa rajin ia datang ke perpustakaan untuk main wifi
eh pinjam buku maksudnya. Pun perintah Qur’an yang pertama Iqro’ atau ‘bacalah’
tidak semua sumber mengatakan membaca buku, namun bisa juga berarti membaca
keadaan masyarakat dan lain-lain.
Tapi setidaknya jika dilihat secara makro maka budaya
membaca juga memegang peranan penting dalam aktivitas belajar. Belajar merupakan
hal yang wajib lo bagi setiap muslim bahkan menurut al hadits ada yang
mengatakan belajarlah sampai ke negeri China, Cibinong dan Cilegon (Shut up!!).
Juga bejar dimulai sejak dari buaian seorang ibu hingga ke liang lahat.
Pernah saya punya temen yang tiap hari sarapannya itu bacaan
rumus-rumus, kalo saya ya bisa tepar kalo kaya gitu. Bagi saya belajar itu
sederhana saya, bukan mudah lho soalnya kalo dikatakan mudah maka terlihat
seperti tidak ada tantangannya tapi sekali lagi sederhana. Apa sederhananya
belajar?
1.
Anggap aja belajar itu
sederhana.
Ya pertama kita mulai dari anggapan belajar
itu seperti apa? Jika kita bilang belajar itu sulit maka mindset sudah perlu
dipertanyakan. Kenapa? Karena setiap dari kita pasti belajar.
Pernah kan dengar salah satu kawanmu
berkata, “Aku tadi malam belajar, tapi belajar nge-game.”, “kapan kamu mau
belajar buat ngerti’in aku?” (cie cice cieec), “Kita harus belajar dari
kegagalan kita tempo hari.” Dan sebagainya jadi belajar itu ga mesti apalin
rumus, apalin nama-nama latin, itung sampe ribuan komanya dsb.
Belajar di sini saya artikan penerimaan
informasi yang kemudian digunakan sebagai pengembangan diri. Kalau menurut loe
gimana?
2.
Belajar itu punya tujuan.
Sekarang aktivitas apa yang ga ada
tujuannya? Moto Gp untuk jadi yang tercepat, sepak bola untuk buat gol, tidur
buat istirahat, bahkan kita ke toilet pun untuk mengeluarkan hasil dari system
pencernaan.
Apalagi belajar yang menjadi salah satu
senjata meningkatkan kualitas diri? Nah, yang jadi masalah kita di sini itu.
Buat apa sih belajar?
Banyak dari temen kita belajar untuk
mendapat nilai bagus, untuk lulus seleksi perguruan tinggi, atau malah buat
dipuji pinter sama si dia. Entahlah terserah aja deh mau buat apa.
Bagi saya tujuan belajar itu juga sederhana
yaitu biar tau. Udah itu doing. Lanjut??
3.
Belajar itu pilih-pilih.
Pilih-pilih aja belajar. Jangan PHP semua
mata pelajaran kita ambil semua dengan tidak disertai skala prioritas.
Akibatnya kita kehilangan salah satu hal yang penting , yaitu focus.
4.
Belajar jangan di buat
stress.
Mungkin yang dijumpai belakangan ini adalah
mereka yang stress karena belajar. Kok bisa ya? Sebelumnya jika kita
dekat-dekat dengan orang-orang seperti ini ya kita harus hati-hati karena
bisa-bisa bakal kena getahnya. Yaitu mengira bahwa belajar adalah hal yang
sulit.
Lalu bagaimana belajar bisa membuat stress?
Biasanya adalah karena pola dan cara belajar yang salah. Seperti menjalankan
SKS system kebut semalam. Akibatnya materi yang telah didapatkan selama
berhari-hari justru menumpuk di satu waktu. Mungkin jika digunakan untuk
ulangan esok harinya akan lancar, tapi masa iya kita belajar kalau lagi ada
ulangan aja. (Istighfar bareng, terutama yang nulis ini)
Ataupun ia belajar tiap hari dengan jam
waktu yang luar biasa. Dia di sekolah sudah selama Sembilan jam, ditambah les
dua jam, ditambah lagi belajar di rumah satu jam. Boleh saja sih kalau menurut
kawan sekalian mampu mau ditambah dengan mengorbankan waktu tidur juga
silahkan, tapi jangan share keluhan di socmed soal metode belajar yang dipilih.
Belajar itu santai aja, kita main game juga
bakal lebih enak kalau santai. Kita dapat ambil waktu cukup satu jam saja tanpa
mengikuti les. Syaratnya hal itu dilakukan secara rutin. Ingat amalan yang
paling baik itu sedikit-sedikit tapi rutin. Satu jam itu sudah dialokasikan
juga bagi pekerjaan rumah. Kalau belum selesai? Ya lanjut aja tapi jangan
sampai stress. (Cek Jangan Mau Kerjain PR)
Bila sudah stress maka berdiri, ambil jalan
sebentar, minum air. Kalau masih stress? Duduk, kalau lanjut? Tiduran, kalau
masih stress? Ambil air wudhu dan sholat, kalau masih stress bakar aja bukunya.
haha
5.
The Last belajarlah dimana
saja kalian berada.
Jangan pernah dan jangan sampai termakan
anggapan bahwa belajar hanya ada dibangku sekolah. Jika kita menerima informasi
untuk pengembangan diri maka kita sudah belajar. Kita juga coba ingat-ingat
betapa banyak kawan-kawan kita yang belajar sambil bekerja, belajar dengan
electron-elektron yang bahkan sulit didapat di daerahnya, serta banyak juga
yang masih belajar beralaskan tanah.
Intinya juga sederhana, kalau mau sederhana ya kalian
sendiri yang harus belajar sederhana, Hehe
Sederhana
kan?
9 Nov 13
gampang aja
BalasHapus