Postingan

Featured Post

Pertimbangan dalam Memilih Pasangan

     apakah sudah pasti pilihan kita benar? Tentu saja kita berharap iya, sayangnya bisa jadi tidak. Kenapa? Istri saya sering kali bercerita kalau beberapa temannya heran kenapa dia bisa berhubungan dengan saya. Hal itu masih mending, karena beberapa teman saya justru heran kenapa saya bisa menjalin hubungan dengan lawan jenis. Saya juga heran sebenarnya.      Bisa saja dengan mudah saya mengatakan, “kalau sudah jodoh ga bakal kemana.” atau “kalau memang waktunya sudah pasti akan dipertemukan.” Walau pada realitanya begitu banyak hal yang saya pertimbangkan baik dari internal saya sendiri dan tentu saja termasuk kriteria untuk pasangan saya.      Memiliki kriteria untuk calon pasangan bukan berarti kita tidak percaya konsep jodoh. Sama seperti memilih-milih pekerjaan yang sesuai dengan keahlian kita bukan berarti kita tidak percaya bahwa rejeki kita sudah diatur.      Kriteria untuk memilih calon pasangan merupakan hal ya...

100 km Pertama

Gambar
         Tuntas sudah keinginan saya untuk bersepeda sejauh 100 km pada 27 November 2021. Setelah sebelumnya berhasil mencapai 85 km BSD-Bogor dan 70 km Psr. Minggu - PIK. Cuaca pada hari itu tidak sesuai dengan yang saya harapkan karena awan cukup banyak bergumul di langit. Memang mendung memberi keuntungan tersendiri karena kita bisa sedikit terhindar dari dehidrasi. Tapi saya sangat tidak siap apabila harus menuntaskan 100 km bersama dengan hujan. Namun keingingan untuk memamerkan capaian bersepeda 100 km cukup membuat saya untuk membulatkan hati.      Saya awali dengan sholat subuh sudah lengkap dengan gear bersepeda yang biasa saya pakai. Sehingga setelah salam saya tidak lagi repot untuk mengecek semua perlengkapan saya. Kebetulan salah seorang teman bersedia menemani setengah perjalanan saya. Hal itu sangat menguntungkan karena playlist lagu dan pod cast yang saya miliki hanya cukup untuk menemani sepanjang 2-3 jam saja.     ...

Catatan Pendek: Spider-Man No Way Home

Gambar
Saya memiliki selera yang cukup berbeda dalam urusan film, drama ataupun tv series dengan kebanyakan orang. Pada dua film Marvel sebelumnya, saya tidak bisa memahami mengapa orang-orang menilai Shang-Chi lebih bagus daripada The Ethernals.  Mungkin karena sebelum menonton film tersebut teman saya mengatakan kalau Sang Chi layak untuk ditonton. The Eternals menurut beberapa review netizen tidak terlalu bagus. Jadi saya sudah memberi Sang Chi standar yang lebih tinggi dari The Eternals. Hal yang serupa juga saya rasakan ketika menonton No Way Home. Banyak yang mengatakan bahwa ini merupakan film Spiderman terbaik, bahkan sebagian mengatakan film ini bisa menyaingi End Game. Apabila saya bandingkan dengan film MCU yang lainnya tentu saya sepakat. Namun, saya masih menilai film Spiderman terbaik adalah trilogi Spiderman-nya Sam Raimi. Sedangkan film superhero terbaik menurut saya adalah Man of Steel-nya Christopher Nolan.  Sebelum menonton No Way Home di CGV saya sudah mencari-car...

Mengenai Pacaran dan Resiko Kekeras(bebas)an Seksual

Gambar
Opini jelek ... Beberapa hari lalu (Desember 2021) ramai pembahasan mengenai kasus pemerkosaan yang dialami oleh alm. NW. Pembahasan awalnya didominasi mengenai kronologi, identitas korban maupun pelaku. Diskusi kemudian beralih ke penanganan pelaku dan bagaimana perlakuan keluarga korban terhadap korban. Diskusi berlanjut lagi mengenai tindak-tindak pencegahan, pro kontra RUU TPKS dan Pemendikbud 30. Beragam tanggapan diucapkan netizen, salah satu yang membuat saya keheranan adalah opini-opini yang menekankan pentingnya wanita untuk waspada justru dikatakan sebagai opini yang jelek, menyalahkan korban, dan bahkan ada yang menganggap hal ini justru melestarikan tindakan kekerasan seksual. Analogi sederhana seperti kita yang harus menjaga barang kita dari pencuri justru dikatakan menganggap perempuan sebagai barang dan menganggap laki-laki secara  default adalah pencuri ataupun kriminal.  Terlebih ada salah satu akun yang dicaci dengan membabi buta. Padahal saya lih...

Half Fondo, Merindukan Kelelahan

Gambar
  Beberapa artikel menyebutkan bahwa Half Fondo merupakan aktivitas bersepeda dengan jarak tempuh 75 km. Sedangkan Grand Fondo memiliki jarak tempuh 120 km (75 mil). Satu hal yang belum saya yakin apakah jarak itu sudah termasuk jarak kembali ke titik start atau baru sampai finish saja. Kalau ternyata belum sampai titik start lagi, ya malu juga kalau saya sebut rute bersepeda BSD-BOGOR-BSD sebagai Half Fondo karena jarak yang ditempuh hanya sekitar 80-an km. Beberapa waktu lalu untuk pertama kalinya saya bersepeda dengan jarak lebih dari 80 km. Jarak ini 30 km lebih jauh dari jarak yang saya tempuh beberapa bulan sebelumnya. Awalnya saya merencanakan agenda bersepeda ke Kebun Raya Bogor di akhir tahun 2021. Karena selama ini saya belum pernah bersepeda dengan jarak melebih 60 km. Rasa jenuh membuat saya cukup nekat untuk merubah rencana rute yang pada awalnya BSD-Tangerang Kota menjadi BSD-Kebun Raya Bogor pada malam hari sebelum ‘hari H’. PPKM yang entah sampai kapan ujungnya ...

5 KM yang Begitu Jauh

Gambar
  5 bulan berlalu sejak tulisan terakhir di blog ini saya publish . Ada beberapa draft yang sengaja tidak saya selesaikan dan beberapa masih berupa pokok bahasan saja. Entah mengapa saat itu saya berpikir sebelum menulis artikel selanjutnya ada suatu target yang harus saya capai terlebih dahulu. Namun, karena memang saya procastinator akut akhirnya salah satu target itu baru dapat terealisasikan di bulan September ini. Target-target ini saya yakin bukan suatu hal yang “wah” bagi sebagian besar orang. Beberapa diantaranya pun saya sendiri merasa cukup remeh. Target yang bisa terealisasikan pada bulan September ini adalah berhasil melakukan jogging selama 50 menit tanpa henti. Sebenarnya targetnya adalah 5 km, namun dari hasil latihan beberapa bulan ke belakang pace saya belum mampu menembus 10 min/km. Jadi saya konversikan menjadi jogging selama 50 menit tadi. Saya yakin untuk sebagian besar orang target ini terkesan remeh, terutama untuk mereka yang sudah terbiasa berolahraga....

Catatan Pendek : Sepeda dan Macet

Gambar
Apabila membaca diskusi-diskusi di beberapa sosial media mengenai hak menggunakan jalan antara pesepeda dengan pengguna mobil atau motor. Kesan yang saya tangkap adalah bahwa pesepeda adalah penyebab atau setidaknya memperparah kemacetan.  Walaupun saya sendiri sedang membangun kebiasaan bersepeda, saya sendiri sadar diri memang sepeda tidak bisa secepat kendaraan bermotor.  Argumen grup roadbike yang biasa berpeleton yang mengatakan grup sepeda mereka tidak lambat malah menurut saya malah tidak kooperatif dengan pesepeda lain yang tidak ingin atau tidak bisa melaju dengan kecepatan 35 km/jam. Saya yang bersepeda dengan kecepatan 15-20 km/jam ya tentu keberatan apabila kecepatan roadbile menjadi standar bagi pesepeda genre lain untuk menikmati fasilitas jalan. Selain itu saya sendiri juga jengkel sebenarnya apabila melihat kelakuan pesepeda yang bersepeda santai sambil berbaris 2 atau bahkan 3 orang di kondisi jalan yang tidak sepi. Makanya saya cenderung lebih menikmati bers...