Penentu Kebenaran Bukan Jumlah Yang Membenarkanya
Penentu Kebenaran Bukanlah Jumlah Orang Yang Membenarkannya
Dalam banyak kalangan tidaklah sedikit orang yang beranggapan kebenaran diukur berdasarkan banyaknya orang yang mengatakan itu benar, dengan kata lain mereka menggunakan kuantitas sebagai pengukur kebenaran. Dan apabila ditanya, “Mengapa anda beranggapan demikian?” ,Sudah bisa ditebak jawabannya kurang lebih berbunyi, “Lho bukannya biasanya begitu?” atau, “Bukannya orang-orang berkata begitu?”.
Demikianlah yang sering terjadi mereka menjalani hidupnya berdasarkan pandangan kebanyakan orang dan menolak segala perkara hanya karena yang mengikutinya adalah kaum minoritas, bukannya malah menampakkan ciri orang yang tak punya jati diri?
Bahkan sikap seperti itu marak dijumpai pada orang yang beragama Islam, yang seharusnya bisa menjadi umat yang memberikan contoh kepada umat lainnya, “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh pada yang ma'ruf, dan mencegah yang mungkar, dan beriman kepada Allah....” (QS: Ali Imran 110)
Padahal apabila kita sebagai umat Islam menelaah Qur'an maka akan kita dapati bahwa Allah swt sendiri menyanggah pendapat yang mengatakan kebenaran ada pada banyaknya jumlah, Allah swt berfirman:
“ Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka belaka dan mereka tidak lain hanya berdusta.” (QS: Al-An'am 116)
“ Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS: Yunus 36)
Ayat di atas menampakkan keadaan kebanyakan manusia yang hanya mengikuti prasangkan sahaja dan ditegaskan pula bahwa hal itu tidaklah berguna untuk mencapai kebenaran, Alhasil pendapat yang mengatakan kebenaran adalah mutlak milik kebanyakan orang adalah salah!
Lihatlah juga beberapa Hadis berikut ini:
Hadis Pertama....
Tsauban r.a meriwayatkan bahwa Rosullullah saw telah bersabda, “Sebentar lagi akan datang umat-umat yang berkerumunan ke atas kalian seperti kerumunannya orang-orang yang makan pada satu pinggan.” seseorang bertanya, “ Apakah jumlah kami ketika itu sedikit?” Rosul menjawab, “ Bahkan jumlah kamu pada saat itu ramai, tapi keadaanmu seperti buih di lautan. Dan sesungguhnya Allah akan mencabut dari musuh-musuhmu rasa takut kepadamu dan akan ditimpaka Al-Wahn di hatimu.” para sahabat bertanya, “Wahai Rosullullah! Apakah Al-Wahn itu?” Baginda menjawab, “ Cinta dunia takut mati.” (HR Abu Daud)
Dari hadis di atas telah nampak kebenarannya, kita renungkan betapa banyaknya jumlah umat Islam di dunia ini? Tapi apa? Bagaikan buih di lautan bukan? Untuk datang ke pengajian, talabul ilmi, dsb saja harus sudah siap menerima cap orang aneh, teroris dll. Dan apakah karena kuantitasnya ini terjadi? Tentu saja tidak penyebabnya adalah kualitas umat yang turun karena cinta dunia takut mati (boro-boro mengidamkan mati syahid).
Hadis Kedua....
“.... Ketahuilah bahwa orang-orang sebelum kamu dari Ahl Kitab (Yahudi dan Nasrani) telah berpecah menjadi 72 golongan dan sesungguhnya golongan ini (umat Islam) akan berpecah menjadi 73 golongan, 72 diantaranya akan masuk neraka dan hanya satu akan masuk surga yaitu Al-Jamaah...”
Rosullullah saw mengabarkan bahwa umat Islam akan berpecah menjadi golongan yang berbeda-beda seperti halnya yang terjadi sekarang ini. Tapi Rosul juga mengkabarkan bahwa hanya ada satu yang selamat yaitu Al-Jamaah (Bayangkan kawan tidak lebih dari 2 persen). Perlu dipahami di sini bahwa makna Al-Jamaah bukanlah orang Islam dalam satu daerah, jamaah, kumpulan, kelompok, partai dsb. Maknanya di sini adalah tiap-tiap orang Islam yang berdiri teguh di atas kebenaran yang Haq, sekalipun dia hanya satu diantara seratus, seribu, sejuta orang selama dia menepati kebenaran maka dia termasuk Al-Jamaah, “Al-Jamaah adalah menepati kebenaran sekalipun engkau bersendirian.” “... Walaupun orang yang bersamanya sedikit dan orang yang menyelisihinya banyak jumlahnya...”
Hadis Ketiga....
Abu Hurairah r.a meriwayatkan Hadis dimana Rosullullah bersabda, “Sesungguhnya Islam bermula asing dan ia akan kembali asing sebagaimana bermula, maka berbahagialah orang-orang asing itu” (HR Muslim)
Dalam riwayat di atas Rosullullah memberitakan sifat “asing”(bererti tidaklah menjadi mayoritas, yang akan menimpa umatnya yang berjalan pada jalan yang benar kelak (sekarang mungkin) sebagaimana pada waktu Islam bermula seperti dahulu, dan tidaklah heran apabila sekarang banyak umat Islam yang tak mengenal amalan sunnah, malah mungkin ada yang beranggapan bahwa amalan tersebut tak ada dalam Islam.
Dan pada akhir kata beliau (Rosullullah) menekankan kebahagiaan yang akan diraih orang asing yang menetapi Islam secara benar, “... Berbahagialah Al-Ghuroba.”
Demikian beberapa nash dari Qur'an dan hadis yang menunjukan bahwa sebanyak apapun orang yang membenarkan suatu hal belum pasti hal itu adalah hal yang benar di mata Allah subhanahu wa ta'aala, tapi itu juga menuntun kita pada pertanyaan lain yaitu, “Apakah setiap yang minoritas itu benar ataupun mendekati kebenaran?” jawabannya adalah tidak sebab, “Penentu Kebenaran Bukanlah Jumlah Orang Yang Membenarkannya.”
Dan untuk mengakiri tulisan singkat ini akan saya sertakan kalimat penutup
“ Nilai ukur kebenaran itu bukan karena jumlah pengikut yang besar, tapi nilai ukurnya adalah kebenaran atau kebatilan yang menyertainya, setiap yang benar (yang Haq) walau pengikutnya sedikit harus digenggam dengan kuat, itulah jalan keselamatan.”
“ Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, maka janganlah engkau termasuk orang-orang yang meragui kebenaran itu.” (QS Al-Baqarah 147)
A.A.G
Komentar
Posting Komentar