Cerpen : Ketika Cinta Menyapa
Sore hari datang
dengan begitu cepatnya, disambut kumandang adzan Ashar yang ditemani hangatnya
terpaan cahaya mentari yang pergi ke barat.Azzam seorang pemuda berusia 17
tahun seperti biasa menunaikan sholat Ashar berjamaah. Selesai sholat tak lupa
ia memuji Tuhannya berdo’a untuk kedua orang tuanya, dirinya sendiri dan tentu
saja saudara-saudara muslimnya di Suriah, Afghan, Palestine, Irak, Chechnya
yang sedang mengalami konflik berkelanjutan.
Baginya Muslim
itu bagai satu tubuh apabila salah satunya sakit maka yang lain akan menanggapi
baik dengan tangan, lisan ataupun hatinya. Ia merasa tidak pantas berbicara
tentang Ukhuwah apabila penderitaan yang amat sangat dirasakan
saudara-saudaranya sama sekali tidak terasa pada hatinya.
Saat ini ia menempuh jenjang kelas 3 SMA, ia
juga seorang pemuda yang sangat tertarik mendalami Ilmu Hadits walau sekolahnya
merupakan sekolah Negeri biasa. Azzam merasa saat ia mengkaji Hadits maka ia
bisa lebih mengetahui tentang cara pandang Rosulullah shallalahu alaihi
wassalam dalam menanggapi berbagai hal. Ia terus belajar tentang Sunnah Rosul
kerana tak ingin terjerumus pada hal-hal yang menyesatkan. Untuk urusan jodoh
ia tak pernah ambil pusing memikirkannya.
Azzam sangat
tidak suka kepada pemahaman Ingkarus Sunnah atau Anti Hadits yang menolak
Hadits sebagai salah satu sumber hukum dalam Islam.Bagaimana mungkin dapat
menjalankan prinsip ‘Atiullaha Wa’atiurosul’ (Taat pada Allah dan taat pada
Rosul) apabila menghilangkan Hadits dari sumber hukum Islam?
Sore itu ia harus
memimpin rapat Karang Taruna sebagai ketua di balai RW.Ia bersyukur kerana
pemuda pemudi di lingkungannya termasuk remaja yang baik sehingga hampir
seluruh anggota Kartar dapat menghadiri Liqo’.Ia menerangkan rencananya dibantu
LCD proyektor dengan cakap. Idenya ia menginginkan konsep ‘Go Green’ dengan
menghimbau anggota Kartar sedia untuk mengumpulkan sampah organic guna membuat
pupuk Kompos yang hasilnya dapat dinikmati warga sekitar dengan harga miring.
Saat ia ber-presentase dilihatnya sosok wanita yang belum pernah ia lihat.
Selesai
musyawarah, seperti biasa dalam KarangTarunanya anggota baru diminta untuk
memperkenalkan diri.Diketahuinya wanita tadi bernama Asa yang baru saja pindah
rumah hanya berbeda komplek, usianya terpaut 7 bulan lebih muda dari Azam. Hati
Azzam berdegup keras walau Asa tidak memakai Jilbab, ini kali pertama ia
menjadi segugup itu pikirnya. Bukan karena tidak menghormati anggota baru tapi
ia teringat jelas prinsipnya bahwa wanita lebih indah dari perhiasan biasa yang
boleh dipandang sembarang orang, jadi ia melaksanakan Ghadlhul Bashor.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Ternyata Asa
memilih sekolah yang bertetanggaan dengan Azam, sepulang sekolah ia selalu
mampir ke Masjid sekolah Azam bukan untuk mengenal Azam lebih dekat tapi untuk
menemui sahabat karibnya Siska. Juga untuk Sholat Ashar di sana karena
arsitektur Masjid sekolah Azam sangat elok dipandang. Juga SKInya yang terkenal
aktif ditandakan Mading yang selalu update 3 minggu sekali, buletin yang selalu
baru tiap minggunya dan tabuhan rebana yang menggugah selera.
Suatu ketika Asa
terlibat dalam diskusi dengan Azam dalam satu forum.Hari teman Azam membuka
dengan pertanyaan, “Dalam Islam kita mengenal hukum Rajam, bagiku ya ini
hukuman yang paling berat daripada Qishas dan pancung. Pelaku dilempari batu
hingga meninggal, ga berperikemanusiaan banget kan?” semuanya terdiam hanya
mengangguk.
Azam tersenyum
dan mulai berbicara, “Gimana pendapat kalian??Kalo ga ada yang berpendapat, ini
pendapat ana.Justeru itu menunjukan Islam agama yang sangat romantis, hehe.”
“Lho kok
bisa???”Tanya Siska keheranan.
“Begini, hukum
Rajam setau ana dikenakan bagi penzina yang telah beristri.Nah, rajam yang
katanya merupakan hukuman paling pedih merupakan balasan bagi mereka yang tidak
setia pada istri. Harga kesetiaan sangat dijunjung tinggi! Ya nggak???” jawab
Azam dengan berusaha santai menutupi debaran hatinya. Yang lain pun tidak ada
yang menyanggah.
Selepas forum itu
Asa bertanya pada Siska tentang sikap Azam yang selalu menunduk dan hanya
memandang beberapa kali ketika menanggapi statement dari Akhwat. Siska menjawab
apa adanya., “Ternyata masih ada Ikhwan seperti itu di luar pondok pesantren,
Aku ingin mencobanya juga.” Tandas Asa dalam hati.
Mereka berdua
semakin sering bertemu dan membahas berbagai masalah. Tentunya tidak sampai
melakukan Khalwat, selalu ada teman lain dan mereka tidak berdiskusi di tempat
sepi.Benih-benih cinta yang Asa tanam semakin tumbuh menguat di hati Azam.
Hanya Asa lah wanita dalam hidupnya membuat ia merasakan sesuatu hal yang belum
pernah ia rasakan sebelumnya. Walau pun hari libur seolah-olah takdir terus
mempertemukan mereka.
Azam berusaha
menjauhkan pikirannya dari hal yang tidak-tidak, hingga bisikan-biskan itu pun
datang, “Hormatilah ia dengan menatap wajahnya Zam, hargailah dia keindahan
ciptaan Allah yang satu itu dan ucapkan Subhanallah.” Tapi di sisi lain ada
pula bisikan, “Ingatlah Ghadhul Bashor Zam, cantik ataupun tidak cantik jagalah
pandanganmu! Ia belumlah milikmu.”
Mendekati ujian
Azam merasakan Asa semakin menjauh, ia tak lagi sering sholat di Masjid
sekolahnya setaunya hampir tiap hari ada pelajaran tambahan hingga menjelang
Maghrib di sekolah Asa. Ada kekecewaan di hati Azam hari-harinya kini terasa
sepi.
Azam memutuskan
untuk menceritakan masalahnya ini ke salah satu temannya Rizki yang terkenal
handal dalam urusan percintaan, Azam menanyakan apakah mereka butuh pacaran.Selama
ini Azam tak berniat membahas masalah hubungan non-mahram kerana menurutnya ini
tidak terlalu penting.“Apa betul begitu sahaja zina???Begina zina, begitu
zina.Apa kamu yakin akan langsung nikah nanti akan lancar pernikahanmu Zam? Nah
itulah fungsinya pacaran!!! Walaupun jodoh ditangan Tuhan kalau ga dikejar ya
bakal larilah!.” Azam hanya bisa merenungi ucapan temannya yang sudah
berpacaran beberapa kali itu.
Pikirnya ada
benarnya juga ucapan temannya itu. Tapi ia masih merasakan suatu keraguan dalam
benaknya untuk mengungkapkan perasaannya pada Asa karena walalu bagaimanapun ia
lebih memilih pendapat para ulama mahsyur dalam hubungan non-mahram. Azam
memutuskan untuk berdiskusi dengan Hari temannya.
“Begini lho kawan, kamu itu ga bener kalau
bilang Pacaran itu tidak boleh.Seorang peneliti bernama Harold Maslow
merumuskan setidaknya manusia memiliki 5 kebutuhan dasar yang harus dipenuhi
salah satunya adalah kebutuhan untuk
dicintai dan disayangi. Nah pun di Al-Qur’an Allah berfirman dalam surat
Ar-Ruum ayat 21 ‘Dan dijadikan-Nya diantara kalian rasa kasih dan sayang’ ini
menunjukan bahwa kita memang perlu dicintai nah untuk kita yang masih remaja
ini caranya adalah Pacaran. Lagipula ga mungkin lah kamu sampai melakukan hal
yang tidak-tidak.Ya pacaranlah untuk terus menyemangati Asa dalam berdakwah.”Jelas
Hari panjang lebar.
“Okelah,
hujjah kamu boleh juga tapi apa kamu bisa menjamin pacaran itu bebas dari
Khalwat dan terus menjaga Hijab???” Sanggah Azam.
“Hijab?ah
kamu itu memang terlalu! apa sih salahnya memandang terus? Asal tidak timbul
nafsu!!! Kalaupun pegangan juga takapa kali!!! Asal tidak timbul Nafsu!!!”
“Pikirkan
lagi ucapanmu itu!!! Berarti apabila ada yang beralasan Khalwat lalu pegangan
tangan asal tidak nafsu itu tidak apa dong??? Kamu kemanakan Hadis yang
menceritakan bahwa lebih baik apabila kita terkena besi panas daripada
bersentuhan dengan non-muhrim dan hadis-hadis tentang hijab yang lain?”Tanggap
Azam dengan lugas.
“Begini
Zam, hadis-hadis itu belum tentu terbukti keotentikannya. Al-Qur’an jauh lebih
otentik! Tidak perlulah Hadist, kerana Qur’an saja sudah terperinci.Bukti…..”
penjelasan Hari tiba-tiba dipotong Azam.
“Sadarilah
hujjah mu itu!!!! Kamu sudah terinfeksi pemikiran Anti Hadis!!!! Dan coba lagi
buka Qur’an sudah dikatakan ‘Janganlah kamu mendekati Zina’ renungkan baik-baik
itu!!!.” Dengan nada kesal Azam meninggalkan diskusi.
Azam
tak menyangka pemahaman tentang Hadits pada masyarakat awam masih sangat
minim.Sehingga apabila disuguhi hujjah Ingkarus Sunnah maka sudah goyang.Ia pun
bertanya-tanya “Bisakah pacaran tidak mendekatkan diri pada Zina???”
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Akhirnya Ujian Nasional selesai, ini berarti sudah hampir satu
bulan Azam tidak berdiskusi dengan Asa.Ia sangat ingin menyampaikan perasaannya.
Akhirnya ia memilih untuk menuliskan perasaannya dengan selembar surat. Ketika
ia ingin memyampaikan surat itu lewat Siska. Ia justeru menyampaikan pesan Asa
untuk Azam. Siska berkata, “Eh si Asa sudah berjiibab lho semingguan ini.Sudah
jadi Akhwat yang bisa masuk kriteriamu, Hehe. Aku critain ya apa yang ada
dipikirannya Asa?”
“Tafadhol.”Jawab Azam dengan raut muka memerah juga kerana
penasaran.
“Asa sangat bersyukur kerana ia bisa dipertemukan dengan Ikhwan
seperti kamu.Menurutnya orang seperti kamu itu sudah sangat jarang bisa
ditemukan.Ia merasa begitu karena sejak kenal dengan kamu Asa semakin rajin
malaksanakan berbagai amalan ibadah yang sunnah seperti sholat Duha, puasa
senin khamis bahkan ia pernah sampai sholat Tahajjud sampai 11 rakaat disertai
syahdunya tangisan. Ia menyesal kenapa baru saat ini ia serasa memiliki
tanggung jawab sebagai Khalifah yang harus mantauhidkan Allah ta’ala. Kamu juga
telah membuatnya jatuh cinta!”
“Jatuh cinta??” jantung Azam berdegup semakin kencang.
“Iya, jatuh cinta pada Allah dan Rosul-Nya, jatuh cinta pada
syariat Islam dan terkagum-kagum dengan ketatnya pengkodifikasian
Hadits yang melebihi catatan-catatan sejarah biasa. Tapi sekarang ia harus
pergi mengikuti pamannya ke Qatar sejak lima hari lalu, ia sangat meminta maaf
karena tidak sempat memberitahumu. Ia juga berharap dapat bertemu denganmu lagi
suatu saat nanti.”
Jiwa Azam bagai tersambar petir, ia sadar Syaithon telah
mempermainkan hatinya. Bagaimana ia bisa lupa Hadits yang menceritakan
keutamaan mencintai karena Allah. Ia kagum Asa memang bukan seorang yang
sembarangan. Ia seorang yang bisa mencintai syariat Islam. Sejak saat itu Azam
memiliki prinsip
‘Aku berharap bisa mencintai dan membenci sesuatu karena Allah
ta’ala dan tidak disebut aku mencintai kerana Allah ta’ala apabila cinta ini
mendekatkanku walau hanya sejengkal ke neraka dan mencondongkanku pada
amalan-amalan penghuni neraka’
End……..
AnnasAja
Komentar
Posting Komentar