Saladin The Wise
Teringat beberapa waktu lalu di salah satu stasiun TV
menayangkan riwayat singkat tentang jenderal-jenderal perang paling hebat
sepanjang sejarah. Wah, saya palingkan semua perhatian menuju TV dalam fikiran,
‘wah pasti jika bukan Muhammad Al-Fatih (Sultan Mehmed II) maka setidaknya
Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi harus masuk dalam salah satunya. ‘
Tapi alangkah kecewa dan heran saya, kerana hingga akhir
sesi tiada satupun nama Muslimin tercantum di sana. Saya bukalah FB ternyata
ada beberapa ‘kawan Dakwah’ yang menuliskan kekecewaan yang sama pada status
FB-nya. Heran betul saya, entah apa mungkin penilaian semacam itu sudah
objektif atau ada ‘agenda-agenda tertentu’ terkait penenggelaman sejarah emas
Umat Islam (Wallahu A’alam).
Ini pun berdampak negative terhadap figuritas yang dimiliki
pemuda Muslim, sebagian condong memfigurkan Ladi Gaga dengan segala
kontroversinya maupun Justin Bieber yang didaulat sebagai calon Michael Jackson
II. Ketika kedua tokoh itu dikritik habis-habisan dah yang membela, untuk membeli
tiketnya mereka rela keluar uang besar, antre dari pagi dsb. Jelas-jelas para
pemuda sudah salah memilih orang sebagai ‘uswatun hasanah’nya . Apakah mereka
sedia melakukan itu untuk kemajuan (jangan agama dulu nanti terlalu muluk)
bangsa, sector pendidikan dengan menabung membeli buku maupun semacamnya…
Apalagi jika hal itu dilakukan pemuda Muslim, katanya sih
karena tokoh tersebut mengajarkan pantang menyerah dan optimism. Seberapa hebat
sih moral value mereka dibanding pengaruh negatifnya? Seberapa hebat nama
mereka akan terkenang dalam sejarah seperti Pahlawan Hithin Dan Pembela Al-Quds
ini???
Shalahuddin bin Yusuf bin Ayyub lah namanya, Shalahuddin
Al-Ayyubi kita biasa mendengarnya, Saladin bagi lidah orang-orang Europa.
Berasal dari kaum Kurdistan (Sekitar Utara Irak). 532H/1137M lahir dari
keluarga terhormat yang memiliki hubungan erat dengan para petinggi di Baghdad.
Tumbuh bersama keluarga kerajaan yang tidak lepas dari pendidikan
perang maupun akidah yang kokoh. Tumbuh beserta para ksatria, salah satu
jabatan pertamanya adalah mulai dari Kepala Keamanan di Damaskus hingga
memegang kuasa di Kairo Ia lalui dengan apik. Hingga pada suatu saat rakyat Damaskus memintanya datang untuk menghentikan
arus kehancuran Suriah akibat perang saudara dan bayang-bayang kaum Salibis.
Melalui kebijakan-kebijakan politik yang bagus akhirnya ia
mempersatukan wilayah-wilayah umat Islam hingga membentuk kerajaan yang
membentang dari dari Kurdistan, Suriah, Mesir, Barqa dan wilayah-wilayah di
utara Afrika. Dan mempersiapkan mimpinya yaitu Pembebasan atas Al-Quds.
Perang Salib
Adalah agresi kaum Kristen Europa selama kurang lebih dua abad di bumi Islam. Beberapa sebab dan
motifnya adalah.
- - Dendam bangsa Cristian Europa terhadap Muslim.
- - Permintaan Kaisar Alexis Comnenus.
- - Kebohongan dan ke-lebay-an yang dibuat-buat para peziarah Chirstian sepulang dari Baitul Maqdis.
Tabuhan genderang perang ditabuh oleh sang Paus berisi
ajakan kepada seluruh kaum Europa untuk mengadakan ‘Holy War’ merebut Al-Quds
dari tangan Muslim disiarkan melalui gereja-gereja guna membakar semangat
Kristen Europa. Dan akhirnya berhasil mendudukinya pada 492H/1099M akibat
kondisi umat Muslim yang pelik kerana pertentangan, perang saudara, juga dengan
merajalelanya bid’ah-bid’ah masa Dinasti Fathimiyah.
Kondisi yang sangat miris akhirnya tergambarkan, di bumi
Al-Quds, “Adapun mereka orang-orang yang
dibiarkan hidup oleh pasukan Eropa karena hartanya saja akhirnya mereka pun
dibunuh tanpa peduli dan tanpa belas kasihan hingga orang-orang Islam terpaksa
bunuh diri dengan melemparkan diri dari rumah-rumah mereka. Sebagian ada yang
dibakar hidup-hidup. Sebagian yang lain diseret dari persembunyian mereka ke
alun-alun dan dibunuh satu per satu. Cucuran air mata kaum wanita, jeritan
tangis anak-anak, dan kesucian tempat Isa mengampuni orang-orang yang
membunuhnya tidak meredakan emosi kaum Kristen.”( PHDPA cet 1 hal 81.)
“Pemandangan
mengagumkan akan terlihat. Beberapa orang lelaki kami memenggal kepala-kepala
musuh, lainnya menembaki dengan panah-panah hingga mereka berjatuhan dari
menara, lainnya menyiksa mereka dengan memasukkannya ke dalam api yang menyala.
Tumpukan kepala-kepala, tangan dan kaki terlihat di jalan-jalan kota. Kami
berjalan di atas mayat-mayat manusia dan kuda…” (Hidayatullah.com ,
Keteladanan Shalahuddin Ayyubi) bahkan menurut beberapa sumber hingga
menyebabkan sungai darah setinggi mata kaki, di waktu itu 70.000 kaum Muslimin
dibantai.
Perang Salib II dipicu serangan Arnath atau Reynald d’
Chattillon pada rombongan Haji dan hinaannya pada nabi (582H). Mendengar itu
Saladin bersumpah untuk membunuhnya dengan tangannya sendiri dan pecahlah
perang yang diakhiri kemenangan besar Muslim di bukit Hithin 10.000-15.000
Salibis tewas, Saladin membunuh Arnath dengan
scimitarnya sendiri sesuai sumpahnya dan akhirnya Al-Quds dapat kembali
ke tangan Muslim setelah seminggu pengepungan dan 88 tahun dalam cengkeraman
Salibis.
Namanya tersiar ke seluruh penjuru Eropa lewat mulut kaum
Ibu, mereka menjadikan Saladin sebagai sosok untuk menakut-nakuti anak mereka,
walau sebetulnya Saladin sangat lembut terhadap wanita. Ia membebaskan kaum
non-muslim di Al-quds dengan imbalan 10 dinar bagi lelaki 5 dinar bagi wanita
dan 2 dinar bagi anak-anak. Meskipun dalam realisasinya ternyata jauh lebih
mengejutkan, karena sebagian kaum wanita meminta belas kasihan Saladin untuk
membebaskan para lelakinya. Melihat itu ia iba dan membebaskan tanpa syarat
hingga 10.000 orang, bahkan memerintah sebagian pasukannya mengawal para
pengungsi ke wilayah-wilayah Kristen.
Pun dengan seorang kaya raya yang semena-mena dan tamak
pensehat Saladin bertanya, “Kenapa engkau tidak menangkapnya dan mengambil
hartanya untuk membantu biaya perang?” dijawab “Aku tidak mengambil darinya
kecuali 10 dinar.” Ini menunjukkan dirinya konsisten atas pernyataannya.
Sungguh berbeda dengan apa yang dilakukan kaum Salibis
ketika mencengkram Baitul Maqdis, tak ada tempat beribadah yang dikotori dan
tiada yang disiksa. Ini menunjukkan pribadi beliau yang memiliki akhlak yang
tinggi, bukan berarti ia tak sungguh-sungguh dalam penaklukannya justru ia
sangat bersungguh-sungguh dalam pembebasan Al-Quds hingga diriwayatkan beliau
–rahimahullah- tidak makan kecuali sedikit dari Jum’at hingga Minggu karena
dalam pikirannya hanya pembebasan Al-Quds.
Para jenderalnya bertanya mengapa ia tidak makan?
,”Bagaimana aku bisa makan sementara Al-Quds masih dalam cengkeraman Salibis.”
Bahkan menurut beberpa sumber ”Bagaimana aku bisa tertawa sementara Al-Quds
masih dalam cengkeraman Salibis.”
Kemurahan hatinya juga tampak pada Perang Salib III ketika
lawan terberatnya Richard The Lion Heart jatuh sakit ia mengirimnya buah-buahan
guna menghiburnya. Padahal Richard telah melakukan kedzaliman yaitu membunuh
3.000 kaum muslim di Akka (Acre) dalam invasinya.
Ia juga merupakan orang shalih yang taat agama, ia tak
pernah meninggalkan sholat kecuali 3 hari dimana ia pingsan menjelang ajalnya.
Ia cinta terhadap hukum Islam dan membenci pemikiran-pemikiran juga filsafat-filsafat asing yang merosak
agama. dan tak segan pula menghukum mati mereka yang menentang hukum Islam.
Kisah akhir hayatnya juga tidak kalah mengharukan, ketika ia
menemui rombongan kafilah yang pulang dari Haji, Saladin menyampaikan salah satu
keinginan terbesarnya yaitu pergi haji bersama mereka. Ketika itu Ia jatuh
sakit akibat penyakit kuning. Berhari-hari ia terbaring hingga keringatnya
membasahi tempat tidurnya.
Bahkan sebagai seorang Raja yang luar biasa ia hanya
meninggalkan 47 dirham dan secuil emas, tidak meninggalkan peti emas, ladang
dan kebun melainkan hanya itu tadi. Hidupnya lebih sering ia habiskan di
tenda-tenda daripada kursi tahta. Ia sering mencurahkan isi hatinya dan taukah
yang beliau curhatkan pun berkisar pada Jihad dan persiapan-persiapannya (bisa
jadi bosan kita jika berbincang dengan beliau kerana hanya masalah jihad yang
sering dibahas), juga kebenciannya pada orang yang yang kufur.
Subhanallah. Sebenarnya masih banyak lagi sifatnya tapi
kepanjangan kalau saya tulis disini.
Salah satu Syairnya yang akan Ukhuwah
“Wahai orang-orang
yang jauh dari kami
Meski jauh di mata
tetapi dekat di hati
Tak pernah kulihat
sejak kalian pergi
Namun, kalian tetap
hadir dalam mata hati”
Semacam inilah yang seharusnya dikagumi pemuda Muslim, yang
betul-betul teruji pantang menyerah dan optimismenya. Banyak kok yang pantas
dijadikan teladan bagi kaum Muda Muslim, untuk kisah cinta kita memiliki Ali
dan Fatimah atau Salman Al-Farisi (walau ditolak) apa kawan-kawan lebih memilih
Romeo dan Juliet ataupun serial Twillight??? Untuk pahlawan kita punya Ja’far
bin Abu Thalib, Zaid bin Haritsah, Khalid bin Walid apa kawan-kawan lebih kagum
pada Makhluk ijo ga pake baju, Orang yang pake celana dalam merah diluar, atau
Manusia setrika???
Sekarang Suriah sedang berkelut, Al-Quds bumi Palestine
dalam cengkeraman musuh kawan-kawan kita disana sedang meneriakkan ‘Hidup Mulia
atau Mati Syahid’ membutuhkan do’a kita. Sedang kita disini berkelut pada
hal-hal yang (entah kata apa yang bisa digunakan untuk mengungkapkannya) ‘Yo
wes ngono iku’. Untuk mendo’akan mereka saja kita berat apalagi menyampaikan
penderitaan yang dialami mereka pada kawan-kawan kita disini yang tidak tahu
‘Suriah dimana’. (Bagaimana Umat Islam mau maju, kalau penderitaan yang mereka
alami sama sekali tak terasa di hati???)
…..
“Ya Allah, jika jiwa
kami telah bersatu padu
Anugerahkan pengayom
yang Engkau ridhai
Pembawa kembali
sejarah Islam dulu
Penjaga rakyat yang
selalu Engkau awasi”
bro gak ada share donk link buat download filmnya :)
BalasHapusWahhhh,,, afwan ane sendiri ga punya bro, hehe
Hapuskisah inspiratif buat kita generasi penerus muslim..
BalasHapus"ALLAHUAKBAR"
Alhamdulillah
Hapus