Merindu Ramadhan dan Merindu Kemenangan
I Win!!!!!!! |
Sebagai seorang Muslim sudah sepatutnya bahwa kita
berbahagia menyambut Ramadhan jikalau kita malah ragu, kesal, galau, gelisah
maka patutlah jika ada yang menanyakan kadar keimanan kita. Bagaimana tidak? Di
bulan ini media-media yang kalanya berbau sekuleris dan hanya berisikan
hiburan-hiburan baik yang membangun maupun tidak, menjadi sedikit lebih Islami.
Masjid-masjid yang biasanya hanya ramai kala sholat Jum’at sekarang hampir tiap
5 waktu mencapai beberapa Shaff. Qur’an yang semula menjadi hiasan dirumah dan
dibawa hanya pada saat kajian kini sering didengungkan tiap penghuni rumah. Kepedulian
social pun meningkat dengan diadakannya bakti social, buka bersama di panti
asuhan, shodaqoh mahupun infaq.
Di bulan ini pula semangat perjuangan membela Al-Islam
terasa semakin memuncak berbanding lurus dengan tradisi-tradisi yang
mengisinya. Ramai orang berkata, “Mari kita sambut Ramadhan ini dengan suka
cita” “Sebentar lagi tinggal menghitung hari kita akan mencapai kemenangan”
“Saatnya kembali menjadi insan yang fitri saya mewakili segenap anggota partai
A mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri” ataupun, “Di bulan ini kemerdekaan
bangsa kita diraih, perang Badar yang berbuah kemenanganpun terjadi dibulan
mulia ini, maka inilah moment kebangkitan Umat.”
Ya memang betul kata-kata itu sangat terasa membawa semangat
akan sebuah perjuangan. Tapi sayangnya (bagi penulis) hanya terasa saat kita
menghadiri suatu kajian, ngabuburit menunggu sang muadzin melantunkan Syairnya
bersama dengan kawan-kawan tercinta, menggelar bakti social yang dihadiri
kalangan orang-orang ‘yang membutuhkan’, mendendangkan syair-syair pembawa
semangat yang terkadang diiringi alunan music atau acapella.
Tapi begitu lihat sekitar sungguh rasanya semangat yang
sempat memuncak itu jatuh ke jurang yang sangat dalam. Kerana faktanya
kemenangan itu masih berlum tampak bahkan masih sangat jauh untuk direspon
panca indra. Hanya karena hal-hal kecil realita itu tampak, iya hal-hal yang
begitu kecil bahkan sepele seperti kucing sekarat di jalan tapi tak ada yang
peduli bukankah memindahkan halangan bagi pengguna jalan serta berkasih sayang
terhadap hewan juga termasuk suatu amalan yang bisa menghantarkan kita pada
Jannah? Lalu pemuda-pemudi yang masih tak segan menunjukkan kemesraannya (baca
; Pacaran) di bulan ini mengumbar kata-kata gombal sebagai tanda Cinta bukankah
pacaran adalah tanda bahwa mereka tidak memiliki prinsip? Kan prinsipnya ‘pas
terus, ga pas putus’. Ya hal-hal yang mungkin sepele bagi pembaca.
Jadi bertanya-tanya dalam hati, “Kemenangan apa coba?”.
Rosul pernah memperingatkan jangan sampai puasa tapi hanya mendapat lapar dan
haus. Mungkin kemenangan yang didengungkan hanya kemengangan dari lapar, haus,
berhasil berhijab selama 1 bulan. Sama sekali bukan kemenangan yang terasa
sehabis perang Badar maupun kemenangan merdekanya Indonesia ini.
Kemenangan yang penulis maksud dan harap adalah kemenangan
dari jatuhnya Umat Islam secara global ke suatu jurang kemlaratan, kebodohan,
ke-impoten-an sejak 1-2 abad silam. Kerana semenjak saat itu invasi militer
Eropa sudah mulai sulit ditandingin tentara-tentara Muslim. Dan berdampak
hingga jatuhnya Turki Ustmani yang membawa Umat kepada ketertinggalan dalam
berbagai aspek kehidupan dari Ekonomi, Politik, Sosial, Science bahkan
keterbelakangan terhadap memahami agamanya sendiri dan menimbulkan rasa cemburu
dan iri hati yang begitu besar terhadap Negara-Negara Barat itu. Secara garis
besar respon Umat dalam aspek pemahaman terhadap ajarannya dapat dibagi menjadi
4 golongan, yaitu :
Pertama, mereka yang menerima apa adanya yang terjadi pada
Umat. Diam saja tanpa usaha bahkan kepedulian apapun atas apa yang terjadi.
Penderitaan saudara-saudaranya disana ia tak peduli.
Kedua, mereka yang berpikiran bahwa yang membelenggu Umat
adalah ajaran agamanya. Ujung-ujungnya adalah usaha memisahkan agama dari
esensi kehidupan (Sekulerism). Sehingga agama hanya menjadi ibadah-ibadah
ritual sahaja.
Ketiga, mereka tak berpikir agama yang menjadi penghalang.
Tetapi pemahaman Umat yang jumud, salah dalam praktikal dsb padahal ianya hal
itu telah menjadi pegangan Umat selama ini. Bermaksud membuka mind Umat malah
justru membuat tafsiran yang aneh-aneh.
Keempat, mereka yang tak menyalahkan sekalipun pemahaman
yang selama ini dipegang kecuali menyalahkan diri mereka sendiri dalam
praktikal mahuppun theory. Untuk itu mereka kembali pada ajaran yang tulen
mengkaji ulang, memahami kembali agamanya.
Kembali kepada kemenangan, ”Sesungguhnya Kami telah
memberikan padamu kemenangan yang nyata” Al-Fath. Kemenangan yang terasa saat
umat ini menang perang Badar, Khandaq, Yarmuk. Mahupun kemenangan saat Islam
menjadi cahaya di Europa dimulai dengan tertancapnya masyarakat Muslim di
Cordoba, Andalusia. Atau kemenangan saat Muslim ikut andil dalam sejarah
Amerika, pembebasan Al-Quds, Konstantinopel, Persia, Romawi. Ya bukan hanya
kemenangan dari hawa nafsu lapar dan dahaga. (walau ini juga penting)
Rasanya itu masih sangat jauh untuk terulang lagi kerana,
Secara Ekonomi, kita dijajah oleh kekuatan adidaya mungkin
IMF dan Bank Dunia yang memanipulasi perputaran uang di dunia.
Secara politik ada Demokrasi Liberal produk Amerika, yang
entah seperti apa jika diterapkan di Indonesia.
Historis, penuh dengan berbagai kecurangan, diantaranya
penenggelaman sejarah Emas Umat Islam. Nama-nama ilmuan Islam yang di
‘Eropa-kan’, Pahlawan sekaliber Sultan Mehmed II yang tidak masuk dalam jajaran
panglima terhebat.
Pemahaman terhadap agama, kita dipusingkan oknum-oknum tak
bertanggung jawab dengan berbagai macam aliran pemikiran berdebat tanpa ujung
di dunia maya. Pemikiran kaum Liberal, Sekuler, aliran sesat dan menyesatkan.
Masalah cita, kita digiring untuk mencita-citakan dunia
sahaja. Ujung-ujung nya sikap hidup kebendaan atau materialism dimana segala
sesuatu diukur berdasarkan materi semata.
Masalah cinta, kaum pemuda di uji dengan zina ataupun
hal-hal semacamnya (Propaganda 3F). Dan banyak lagi hal selainnya satu sama
lain berbanding lurus, istiqamah, berkerja sama, sinergis dalam penjahahan
terhadap nilai-nilai kebaikan dan secara khusus terhadap Umat Islam. Ya Allah Ya Robb what happen to the Umah?
Kawan dalam menanggapi permasalahan seperti itu tentu sudah
tidak asing di telinga kita seruan berisikan solusi semacam:
- Umat sekarang menjadi
tertinggal dan merosot lantaran jauhnya mereka dari Kitabullah dan Sunnah serta
pemahaman dari Shahabat. Dan amalan-amalan mereka banyak dicampuri Takhayul,
Bid’ah, Khurafat. Oleh karena itu kita harus kembali pada Islam yang murni
melalui hadir dalam majelis tholabul Ilmi maka nanti Umat akan berjaya kembali.
-
Umat sekarang mundur kerana
ketidak beradaannya system Khilafah yang dapat menaungi Umat dari berbagai
serangan dan sekaligus merupakan warisan dari zaman Rosul. Oleh kerana itu mari
tegakkan Khilafah maka segala urusan akan menjadi beres.
-
Kita harus meningkatkan
kepedulian pada msyarakat agar terbentuk masyarakat yang Thoyyibah melalui
berkarir dalam berbagai aspek baik ekonomi, politik, social dll secara
berorganisasi kerana kejahatan yang terorganisasi akan menang melawan kebaikan
yang tak terorganisasi. (jangan sampai lah)
-
Kita harus menyadari bahwa
Islam itu Rahmatan Lil Alamin maka kita harus meningkatkan toleransi kita
termasuk pada Non-Muslim dan mengedepankan persatuan NKRI serta Ukhuwah Umat
Islam. Jangan samapi anak-anak generasi penerus kita terpengaruh pemikiran
Islam yang militant atau yang radikal.
-
Sekarang Jaringan
Freemason, Illuminaty dan Zionisme tengah menguasai dunia dalam berbagai sector
yang paling berbahaya adalah media kerana secara cepat, tepat, akurat dapat
mencuci otak kalangan pemuda kita. Oleh karena itu mari kuasai media-media.
Kita perangi mereka secara Kaffah.
Dan berbagai macam seruan yang
senada, sebetulnya seruan di atas benar dan saling melengkapi. Tapi realitanya
sudah berapa lama seruan itu dikumandangkan tapi belum membuahkan hasil seperti
yang diperoleh para pendahulu seperti Syahikh Muhammad bin Abdul Wahhab di
semenanjung Arabia yang menghentakkan dunia Islam, Hasan Al-Bana dengan
Ihkwanul Muslimin, Sayyid Quthb, gerakan Sanusi dan semisal yang begitu membawa
angin segar.
Sebuah kemenangan yang penulis
ragu akan diperoleh para pemuda dalam dialog fiksi berikut. Anggap saja nama
mereka Aja dan Aje.
--------------------------------------------
Aja : Lagi mikirin apa Bro
keliatan serius bener?
Aje : Ini lho Ja kemarin ane
sempat ikut kajian yang membahas berbagai problematika.
Aja : Wah
pantesan aja. Kalo mikirin gitu mah memang ‘njerimet’. Memang bagaimana lagi
semuanya terjadi dengan hukum sebab-akibat.
Aje : Maksudnya?
Aja : Ya pasti semua ada
penyebabnya!!!!
Aje : Seperti kemiskinan,
degradasi moral, kebodohan, merajalelanya korupsi itu ada sebabnya ya!
Aja : Ya ini
namanya kehidupan yang berlandaskan kebebasan. Dalam artian bebas dari segala
norma dan semacamnya.
Aje : Iya sehingga
kita dapat melihat sekrang Para pemimpin digoda untuk melalaikan amanat yang
diberi rakyat pada mereka, bukankah jabatan mereka ada untuk melayani rakyat?
Tapi yang terjadi sebaliknya malah rakyat yang melayani mereka kerana
jabatannya hingga seorang pejabat pun tak bisa membuka pintu mobilnya sendiri.
Para da’I digoda dengan popularitas dan gaya hidup mewah bukankah mereka
harusnya berdakwah walau tanpa bayaran, tapi tidak jarang Da’I mematok harga
yang terlampau tinggi untuk mengisi suatu event.
Aja : Dan
para pemuda digoda dengan gaya hidup ala barat dan hal-hal yang mendekati Zina
(Saya tidak mengatakan Zina tapi mendekati Zina kerana masih sulit sampai saat
ini percaya bahwa lebih dari 20% pemuda-pemudi telah melakukan free sex)
seperti khalwat, ikhtilat, dan berdusta atas nama cinta suci mahupun sejati.
Hal-hal yang dibahas pun tidak lepas dari 3F(Food, Fashion, Fun), pacaran,
galau, alay, lebay, kamseupay, (maaf) jablay, musik. Jarang yang membicarakan
kondisi real umat, aqidah, dan hal-hal semacamnya.
Aje : Nah dan ini kesempatan kita
untuk bertindak Ja, itung-itung Jihadlah. Tapi gimana ya?
Aja : YA kita
ajak sebanyak-banyak orang menuju ke kebaikan. Ya begitu aja, untuk lebih
lanjut mau gimana. Ane ini masih sekolah dompet tipis, otak ga jenius. Ya
mungkin ente aja Je.
Aje : Lho kok ane? Dompet ane
juga tipis. (Sambil memegang BBnya membuka aplikasi BBM)
Aja : dari tadi pegang BB aja!!!
Aje : Iya nih si Ani BBMin Ane
Aja : Eciyeee.
(Dan pesan yang tertulis “Iya nih
lagi ngaso bareng Aja :D ” “Kamu lagi apa? :)”
“Loh ndak ada yang jemput tha? :(”
“Ou Mama kamu, ya udah TTDJ ya :*”)
Aja : Btw kajiannya dimana?
Aje : Di Masjid At-Taqwa. Kajian
selanjutnya ane nebeng ente ya?
Aja : wah ndak ah, ane mau ngajak
Ina aja.
Aje : Iya iya yang habis jadian..
Aja : Haha,
habis kajian ana traktir makan deh di AU, itung-itung PJ ajak Ani dan yang lain
juga ga apa!
Aje : Asikkk dah. OK sampai jumpa
Assalamualaikum.
Aja : Wa’alaikumsalam.
------------------------------------------------------------------
Komentar
Posting Komentar