Joki Ujian Nasional
UNAS,,, pernah kawan sekalian mengikuti National Exams yang
satu itu? Jika pernah tentu juga sudah pernah mendengar tentang kunci jawaban
yang bisa didapatkan secara gratis ataupun yang berbayar. Yang gratis kita bisa
dapat menerimanya dari SMS, BBM dan lain sebagainya. yang berbayar dapat kita
peroleh dari ‘toko mainan terdekat’.
Si Pensil Yang Tak Pernah Mengeluh |
Sebelum menggerakkan scroll mouse lebih jauh ke bawah, di
sini di point ini kita sudah sama-sama tahu bahwa joki kunci jawaban UNAS itu
nyata adanya, ia bukanlah sebuah mitos atau hanyalah konspirasi makhluk yang
tinggal di asteroid di antara Mars dan Jupiter. Bahkan untuk tingkat yang lebih
jauh ia bukanlah sebuah rahasia Underground yang keberadaannya jauh dari
kesadaraan kita
Buktinya kita tahu, teman-teman kita tahu baik mereka yang
bersekolah di sekolah favorit maupun pinggiran, guru-guru kita tahu cobalah
tanyakan kepada mereka perihal ini, orang tua kita juga tahu, para wartawan
selalu istiqomah memberitakannya saat masa-masa UNAS, pengamat pendidikan tahu,
satpam sekolah juga mengetahui, intinya mereka yang mengenal pendidikan
Indonesia sudah pasti pernah mendengar hal ini. Jadil Joki UNAS adalah sebuah
rahasia umum yang bukan berarti “A Secret That Known by Many People” tapi “A
Secret That Announced to Many People”.
Semua orang sudah tahu tiap tahun jauh sebelum UNAS hal ini
sudah menjadi perbincangan di antara para siswa, tapi tampaknya mereka memilih
diam ataupun berusaha menyembunyikan topic yang masih dianggap tabu ini dengan
berbisik-bisik. yang menjadi pertanyaan adalah kepada siapa kita mau
menyembunyikan rahasia umum ini??? Yang lebih mengkhawatirkan jika semua
biasa-biasa saja maka hal itu sudahlah menjadi hal yang lumrah.
Menjadi lumrah karena terlalu sering budaya yang menjadi
cikal bakalnya sudah dianggap lumrah yaitu mencontek. Ya tentunya bukan berarti
mencontek tidak boleh, boleh saja jika kita membantu teman yang kesulitan
ataupun yang meletakkan dirinya dalam kesulitan dalam pelajaran. Masalahnya
apabila kebiasaan seperti itu diorganisir serta disutradarai hingga menjadi
adegan sembunyi-sembunyi tingkat tinggi. Rasanya aneh bukan??
Jika hal itu terjadi entah mengapa membingungkan siapa yang
akan kita salahkan (Mending salahkan sifat-sifat syaitan yang ada pada manusia
saja biar fair). Ingin mengatakan bahwa
tindakannya salah pada teman kita yang
memilih paket gratis maupun berbayar rasanya sulit karena memang sudah begitu
terorganisir dan dianggap sudah biasa oleh banyak orang. Ingin menyalahkan
Pemerintah juga untuk apa, bukannya mereka sudah melakukan yang terbaik untuk
mendorong standar pendidikan menjadi lebih tinggi setiap tahun?
Bagaimana bisa hal yang terorganisir itu ada? Jawabannya
sederhana ia merupakan manifestasi dari keburukan yang ada di pendidikan ini. Selanjutnya
ia berkolaborasi dengan manajemen yang handal. Hingga pada akhirnya ia
menghasilkan berbagai macam metode yang berbeda setiap tahunnya.
Bagi kita para pengguna entah untuk mengisi jawaban yang
kosong atau hanya untuk memeriksa jawaban saja mengapa bisa meletakkan
kepercayaan pada joki-joki yang tidak kita kenal itu? Bagaimana kita bisa
mempercayai hal-hal yang tidak kita ketahui prosesnya jika setidaknya kita berpikir,
“Mereka orang-orang professional yang terorganisir. Serahkan saja pada
mereka.”Jika tiap tahun stagnan seperti ini maka jangan heran jika suatu saat
soal tiap ruangan berbeda tentunya berbeda juga tiap individu. Akan lebih berat
bagi adik-adik kelas nantinya.
Jika begitu, ada yang tidak benar atau semua benar? Entahlah.
Pernahkah kita berbangga diri walau mendapat nilai yang
kurang memuaskan, pernahkah kita mendapat pujian jika mendapat nilai yang
kurang memuaskan… Ada film mengenai pendidikan yang saya punya, filmnya berasal
dari Singapura di situ ada salah seorang guru yang berkata pada para muridnya
(kurang lebih), “Barang siapa yang nilainya naik dari 25 ke 30 atau 30 ke 35
bahkan lebih, kemajuan kalian bagus dan aku akan memberi kalian hadiah. Aku
yakin kalian bisa lebih baik seterusnya.”
Sebagai penutup, kita tahu bahwa kita tidak mungkin
meninggalkan teman kita yang tertinggal pada satu dua bidang pelajaran. Saya
yakin itu, tetapi sayangnya UNAS tidak seperti itu walaupun dinilai sebagai
pengukur tindak pendidikan di daerah dan pusat. Nyatanya hal ini memang
menakutkan. Hingga muncullah obat penenang berupa bocoran-bocoran.
Sampai kapan
akan seperti itu?
12 Oktober
2013
Komentar
Posting Komentar