Rekonfirmasi



Prinsip yang akan dibahas dalam tulisan kali ini sebenarnya berlaku secara umum. Namun, saat ini hanya akan saya beri beberapa contoh satu kasus. 

    Mengulang kembali saat-saat pengerjaan skripsi. Kala itu saya menguji penurunan limbah timbal pada larutan artificial menggunakan adsorben buatan yang saya ajukan. Pada salah satu uji coba awal terjadi penurunan kadar timbal sesuai dengan yang saya harapkan. Langsung saja saya katakan kesimpulan saya pada dosen bahwa penurunan kadar timbal itu dikarenakan proses adsorpsi sesuai asumsi.

    Saya tidak ingat apa yang dosen saya dulu katakan, namun entah kenapa yang satu ini masih teringat. Beliau mengatakan kurang lebih, "Jangan dulu ambil kesimpulan begitu, perlu kita konfirmasi dulu apakah itu benar-benar adsorpsi atau karena mekanisme lainnya."

    Alhasil saya perlu melihat berbagai data lain untuk mengkonfirmasi hal yang sudah saya yakini. Bahkan melakukan beberapa uji tambahan.

    Sepertinya begitulah cara bekerja secara ilmiah, kita baru bisa menyimpulkan suatu hal saat benar-benar memang hal itulah yang terjadi. Sayangnya dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam bersosial media prinsip ini sering saya lupakan.

    Baru-baru saja di twitter ada sebuah kabar yang menjadi pembicaraan, yaitu mengenai Kebijakan Pemerintah Pusat untuk memberikan hadiah senilai 168 Milliar untuk Video bertemakan New Normal.
Saya kira persepsi pertama saat membaca headline adalah satu suatu keheranan. Di tengah kondisi penanganan Covid-19 yang belum memuaskan, Tes Swap yang masih dirasa kurang, dan ekonomi yang sedang tidak stabil justru Pemerintah malah mengeluarkan uang senilai 168 Milliar untuk 'lomba video'. 

Image

    Membaca komentar netizen lain semakin memperkuat kesimpulan kita bahwa Pemerintah memang tidak bisa menentukan prioritas penyerapan dana APBN yang berasal dari pajak rakyat. Apalagi jika kita masih belum membaca isi beritanya. Pun, setelah membaca isi berita belum tentu kita bisa menuju ke kesimpulan yang benar.

Saya pun mencoba mempertanyakan kembali persepsi awal saya. yang berkata :

Pemerintah tidak kompeten dalam pengalokasian anggaran penanggulangan Covid-19

(Ini hasil temuan saya dengan hanya meluangkan waktu kurang dari 5 menit, bisa saja salah dan sengaja tidak saya perdalam. Sebagai pengingat bahwa meluangkan waktu kurang lebih 5 menit untuk mengkonfirmasi suatu berita dapat mengubah pandangan awal saya.)


1. Pertanyaan pertama saya darimana dana ini berasal? 
    Dari isi berita saya sudah bisa mendapat info bahwa dana 168 Miliar ini dianggarkan dari dana DID        (Dana Isentif Daerah). Dari web ini 
    saya bisa mendapat informasi ini 


    terdapat beberapa kata kunci seperti : Kriteria, Penghargaan, dan Pencapaian Kinerja. Berdasarkan         informasi ini Saya bisa mengambil sedikit kesimpulan bahwa dana DID memang diberikan melalui        suatu mekanisme tertentu.

2. Pertanyaan selanjutnya yang muncul di kepala saya adalah seberapa besar 168 Miliar ini dari                   keseluruhan dana DID?
    Saat mencari saya tidak bisa menemukan sumber resmi, namun dari salah satu media saya                    mendapatkan bahwa besaran dana DID mencapai 15 Triliun. Hal ini menjadikan nilai 168 Miliar            terasa sangat kecil karena hanya mencapai 1,12 % yang berarti bahwa hal ini sepetinya bukan suatu        hal yang menjadi prioritas pendanaan.

Image

3. Pertanyaan selanjutnya setelah saya mengetahui dana 168 Miliar cukup kecil, lantas kenapa                    pemerintah hanya mengganggarkan dana sebanyak itu untuk menanggulangi Covid-19?
    Hal ini terbantahkan lagi setelah saya mendapati info dalam poster ini. Singkatnya poster ini                    menjelaskan tentang penyaluran dana DID dalam penanggulangan Covid-19 yang berlaku umum.         Sehingga saya berpikir sepertinya lomba video 168 Miliar tersebut hanya salah satu mekanisme dari      mekanisme lain yang mungkin saja sudah diajukan. 

Image



Saya tidak mengambil kesimpulan bahwa yang dilakukan pemerintah sudah pasti 100% benar, ruang untuk kritik menurut saya selalu harus dibuka. Kesimpulan yang ingin saya utarakan adalah melalui usaha penelusuran singkat kurang lebih hanya 5 menit persepsi awal saya yang mengatakan.

"Pemerintah tidak kompeten dalam pengalokasian anggaran penanggulangan Covid -19"

dapat berubah menjadi

"Pemerintah sudah memikirkan berbagai cara pengalokasian anggaran dalam penanggulangan Covid -19"

Rekonfirmasi menjadi langkah penting agar kita mampu melihat realita yang lebih benar dari sekadar persepsi awal yang disajikan melalui judul-judul click bait.

(Sebenarnya ingin menambahkan beberapa kasus lain, namun ternyata Aplikasi Blog mobile crash sehingga draft yang seharusnya sudah tersimpan dan lebih rapi hilang. Terlalu malas untuk menulis ulang.)











Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenai Anime Monster (2004)

Trans Semarang dari Poncol ke UNDIP

The Lord Of The Ring dan Optimisme Akan Takdir