Belajar Mencintai Dakwah


“Mulailah dengan membaca Bismillah.
Antara aku, kamu, dan mereka.
Hadapilah takutmu, canggungmu, juga mindermu.
Untuk mempersiapkan perjalanan ini.
Karena aku akan datang untukmu.
Teruslah berpegang pada tali agama.
Maka aku akan menyambutmu untuk selalu bersamamu.”



Teringat pertanyaan salah satu jama’ah pada Kajian suatu hari kurang lebih, “Ustadz, bagaimana jika dakwah tidak disertai dengan rasa semangat dan kecintaan?” saya sedikit terlupa dengan jawaban sang Ustadz, tapi kalau saya lihat lingkungan sekitar saya maka saya rasa mulai terjawablah pertanyaan tadi.


“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
Ali Imran : 104

Kawan, Dakwah amar ma’ruf nahi munkar itu adalah pekerjaan para Nabi dan Rosul yang diwariskan kepada kita semua, Dakwah senantiasa menjaga kita agar tidak keluar dari jalan-Nya, Dakwah merupakan tameng Umat yang melindungi dari berbagai macam penyimpangan maupun penyesatan, Dakwah juga merupakan sarana pengembangan diri kita untuk menjadi individu yang lebih baik. Jika dilaksanakan secara benar maka ini juga bisa menjadi amalan jariyah yang tidak akan terputus.

Renungkanlah apabila jalan Dakwah terhenti! Apa yang akan terjadi? Maka para musuh yang senantiasa menyerukan hal-hal negative saat kita di bawah maupun di puncak akan tertawa lepas. Akibatnya Umat akan secara langsung maupun tidak langsung akan merasakan dampaknya. Apa kita mau lepas tanggung jawab? Dimana jati diri kita yang merupakan Khalifah penegak Ketauhidan di muka bumi.

“Tapi ana lelah, untuk terus berdakwah!”

Iya kawanku saya tahu rasa lelah atau futur (hilangnya semangat mengerjakan suatu amalan) karena perjalanan dakwah suatu saat pasti datang entah karena rutinitas lain yang tidak bisa ditinggal ataupun karena yang didakwahi tidak kunjung memperoleh hidayah. ‘Istirahatlah’ sejenak kawan! Dalam salah satu hadis Rosul bersabda;

“Setiap amal perbuatan itu memiliki puncak semangatnya,, dan setiap semangat memliki rasa futur”
(HR. Ahmad)

Tidak bisa dipungkiri bahwa kasus di atas sering terjadi pada diri para penyeru kebaikan. Ini juga merupakan salah satu jawaban dari jama’ah tadi. Iya karena sejatinya kita belum bisa mencintai dan merindukan jalan dakwah ini. Apabila kita mencinta seseorang rasanya apapun mau dilakukan untuk si dia waktu, biaya, tenaga rela kita berikan asal bisa melihat dia bahagia dan bersamanya.
Lalu bagaimana cara kita untuk belajar mencinta jalan dakwah ini? Saya renungi ada beberapa cara :

Pertama kita harus sadari, renungi, pahami, hayati bersama dulu kawan bahwa pada hakikatnya hidup kita telah ‘dibeli’ oleh Allah subhanaahu wa ta’ala

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan Surga...”
At-Taubah : 111

“Siapa yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal saleh, dan berkata ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri’”
Fushilat : 33

Ibarat kita membeli barang maka otomatis apapun yang akan kita lakukan terhadap barang itu adalah terserah pada kehendak empunya. Begitu juga apabila kita sudah berserah diri kepada Allah maka apapun yang Allah lakukan pada kita sudah seharusnya kita bisa Ridho dan berkata juga ‘belajar’ Istiqomah pada prinsip ‘Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, matiku hanya untuk Allah’.
Kita juga merupakan hamba atau budak-Nya! Menaati perintah-Nya, menyerukan kepada Tauhid akan mengembalikan lagi kita kepada-Nya.

Kedua, Sadarilah kawan Gan, Bro, Te, Akhi, Uhkti. Ujian pasti akan datang!

Gelombang Ujian


Saat kita berdakwah berbagai macam ujian pasti datang mendera itu pasti entah karena pekerjaan sekolah yang menumpuk, masalah pribadi dengan teman, lingkungan ataupun keluarga, juga apabila yang didakwahi tak kunjung mendapati hidayah. Justeru menjadi penghalang kita untuk terus berjalan di jalan Dakwah dan pada akhirnya menjadi ‘musuh’ kita.

“Apakah manusia itu akan Kami biarkan begitu saja mengatakan ‘kami telah beriman’, padahal mereka belum diuji? Dan benar-benar Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, agar Allah mengetahui siapa di antara mereka yang benar keimanannya dan agar Dia mengetahui siapa yang berdusta”
Al-Ankabut : 2-3

Ujian ini bukan untuk mempersempit manusia, mempersempit dada dan kehidupannya atau membuatnya frustasi, tetapi justeru untuk memperkuat dirinya, memperbaiki sifatnya, meninggikan syukur atas nikmat Allah dan mengangkat derajatnya.

Fitrahnya kita memang tidak menyukai lelah, tak bisa merindukan kegetiran yang dialami selama dakwah, tidak bisa mencintai pahitnya perjuangan. Namun Dakwah bukan itu ianya adalah perjuangan yang pasti akan menimbulkan kelelahan suatu saat. Bersikap sombong dengan meminta dan memohon ujian juga tidak dibenarkan bisa jadi kita sudah kalah pada Ujian lain yaitu ‘rasa sombong telah berhasil melalui ujian sebelumnya’.

Ujian akan datang baik ketika kita di bawah atau awal perjuangan dengan rasa lelah, jenuh, sakit di hati, bosan karena Dakwah yang tak kunjung berhasil atau hanya begitu-begitu sahaja. Padahal sedianya itu adalah gambaran dari konstribusi kita. “Memetik apa yang kita tanam”.

Ujian juga akan datang pada saat kita berhasil berada di puncak yaitu bisa berbentuk rasa riya’, rasa ingin tidak amanah, rasa ingin meremehkan orang yang belum berhasil. Itu semua ujian!

“Setiap yang hidup akan merasakan mati dan Kami uji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan dan kepada Kami-lah kalian akan dikembalikan.”
Al-Anbiyaa : 35

Tenanglah, Allah tak akan menguji di luar batas kemampuan hamba-Nya sesuai batas keilmuan, kesabaran juga keimanannya untuk meng-upgradenya. Pemuda yang kasmaran diuji dengan pendustaan atas nama cinta dan berbuat zina yang lain dengan gaya hidup hedonis dan materialis. Pejabat diuji dengan godaan Korupsi melegalkan praktek judi dan prostitusi. Para Ustadz diuji dengan popularitas dan ongkos. Pelajar diuji dengan rasa malas untuk belajar dan banyak lagi selainnya.

Lihatlah para pemenang yang berhasil melewati ujian-ujian tersebut kisah mereka sebagian diabadikan dalam tinta emas sejarah bahkan Al-Qur’an. Seperti kecintaan para pemuda Al-Kahfi pada keyakinannya hingga memilih untuk mengasingkan diri. Ke-setiaan Asy-Syahid Sayyid Quthb pada prinsipnya walau harus berulang kali masuk penjara dan akhirnya dihukum gantung. Keimanan nabi Yusuf yang tidak roboh menghadapi berbagai konspirasi. Tak maukah kisahmu tertulis dalam sejarah?

Ketiga, jangan remehkan amalan-amalan apapun seperti Birul Walidain dan Qiyamul Lail
“Ridha Allah tergantung kepada keridhaan orangtua, dan murka Allah tergantung murka orang tua.”
Seseorang yang durhaka dan tidak menghormati orang tuanya bisa jadi tidak akan merasa betah pada Jalan Dakwah ini. Betapa besar jasa Ibunda yang mengandung rerata selama 9 bulan 10 hari, nyawa dipertaruhkan demi melahirkan kita. Tak teringatkah kita pada kisah Al-Qamah yang tidak memikirkan perasaan ibundanya setelah ia menikah dengan sang pujaan hati?

“Merindukan jalan Dakwah menjadi orang yang berjalan di atas aktivitas dakwah tidak akan bermakna bila ia menyisakan walau sedikit sesuatu yang membuat orang tua terutama ibunya merasa tersakiti.”


Pun dengan Sholat Malam
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo’a dengan rasa takut dan harap dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.”
As-Sajdah : 16

Bagi saya pribadi Tahajjud lah saat paling tepat untuk mencurahkan segala isi hati pada Sang Illah yang turun ke langit dunia pada dua perrtiga malam. Iya segalanya baik itu hanya sekedar tugas matematika sekolah, cita-cita kemuliaan dunia, keinginan untuk membeli buku “Halal-Haram”nya Dr. Yusuf Qaradhawi ataupun “Terapi Penyakit Hati” Ibnul Qayyim al-Jauzy.

Meminta apapun seperti yang dibahas Ustadz Yusuf Mansur pada program Wisata Hati dengan tema “Yakin”. yakin bahwa Allah tempat meminta segala suatu, baguslah bahasannya. Jikalau masih sulit sholat malam berarti ada yang patut dicurigai, yaitu
  • -          Masih melalaikan kepentingan Akhirat. Idealnya “Dunia di tanganku, Akhirat di hatiku”.
  • -          Terlalu banyak berbicara tiada manfaat.
  • -          Terlalu membuang tenaga pada siang hari.
  • -          Terlalu banyak makan.

Tahajjud yang benar tidaklah mengurangi porsi tidur, melainkan mengatur porsi tidur.

Keempat,Yakinlah bahwa pertolongan dari Allah itu ADA!
Fikiran akan menentang jikalau mendengar kisah para Mujahhid Afganishtan yang salah satunya diceritakan  Maulawi Arsalan, “Suatu ketika kami hanya memiliki satu (01) granat dan satu (01) senjata anti-tank. Kemudian kami melaksanakan Sholat dan berdo’a kepada Allah agar Dia menghantamkan granat ini kepada musuh. Saat itu kami berhadapan dengan 200 tank dan kendaraan berat lainnya. Kami melemparkan granat dan tepat mengenai sebuah mobil yang mengangkut bahan peledak. Sehingga meledak dan menghancurkan 86 tank, beserta mobil panser lainnya.”

Ataupun tentang kisah adanya pasukan berbaju putih yang membantu saudara-saudara kita yang ada di Palestina dengan lemparan debu darinya pasukan musuh pun mengalami kebutaan. Mengada-ada??? Tak peduli ketika perang walau musuh membawa M-4 Carbine, Mp-7 dan kita hanya pedang atau panah. Tak peduli kita hanya membawa kuda dan musuh membawa Tank Leophard yakinlah adanya pertolongan Allah kita dan kita pasti BISA BERHASIL!!!!

Salah satu pasal dalam hukum perang, yaitu bahwa yang berada dalam posisi lebih tinggi dari musuh maka kesempatan menangnya lebih besar!!!! Ini ada dalam “The Art Of War”nya Tsun Zu yang telah diakui dunia. Lalu siapakah atau apakah yang kedudukannya lebih tinggi dari Allah subhaanahu wa ta’ala????

“Bukan kamu yang membunuh mereka tetapi Allah-lah yang membunuh mereka. Dan bukan kamu yang melempar tatkala kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar.”
Al-Anfal : 17

“Tidak masuk akal, apa anda mau menyerang Israel dan Amerika hanya bersenjatakan pedang dan panah?”

Iya mungkin suatu saat jika jalanku mengarah kesana dan segala taktik yang dirancang juga scenario yang digambar mengarahkan kepada kemenangan. Tapi jika yang dimaksud menyerang asal-asalan tentu saja tidak, Hal itu  justeru menandakan kita tidak mengikuti Sunnah Rosulullah shallallahu alaihi wasalam, beliau pernah menggunakan teknologi baru berupa Manjanik dalam salah satu perangnya. Beliau juga pernah menggunakan taktik intelijen dan menggali parit dalam dalam perang Khandaq. Ini berarti beliau melakukan inovasi dan membuat skenario dalam strategi perencanaan perang.

Panji Tauhid
  

“Dan sediakanlah untuk menentang mereka (musuh) dari segala jenis kekuatan yang dapat kamu sediakan dan dari pasukan-pasukan berkuda yang lengkap sedia, untuk menggerunkan dengan persediaan itu musuh Allah dan musuh kamu serta musuh-musuh yang lain dari mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Dan apa sahaja yang kamu belanjakan pada jalan Allah akan disempurnakan balasannya kepada kamu, dan kamu tidak akan dianiaya.”
Al-Anfal : 60

Dalam ayat ini Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan kita umat Islam untuk mempersiapkan alat-alat kelengkapan perang daripada segala jenis untuk menentang musuh.

Bapak Ibu guru yang memberikan kita Ujian mereka juga yang menjaga dan ‘menolong’ kita sewaktu ujian. Pun juga dengan Allah inilah sederhananya. Ketika Rosul dan Abu Bakar Ash-Shiddiq berlari dari kejaran musuh dan bersembunyi dalam gua Abu Bakar dihinggapi ketakukan yang amat sangat. Rosulullah pun berkata, “Tenanglah Abu Bakar Allah bersama kita.”

Pada akhirnya mereka yang jatuh cinta pada Dakwah karyanya benar-benar terasa walau mereka bersendirian. Imam Bukhari yang berkeliling negeri demi memastikan ke-validan suatu teks hadis. Kitab yang dikarang Sayyid Quthb walau dipenjara. Ratusan atau bahkan ribuan scenario pembebasan Konstatinopel yang dibuat Muhammad Al-Fatih memaksanya untuk sering tidak tidur malam.

Betapa jauhnya dari saya yang melakukan update mading satu setengah bulan sekali tak mampu, membuat bulletin Jum’at dan artikel untuk blog pribadi tiap minggunya tidak bisa. Membersihkan lingkungan masjid yang tampak kotor saja jarang-jarang. Astaghfirullah, untuk bertemu dengan para pemenang di surga rasanya bagaikan angan-angan saja.

Semoga kita bisa mengusir Syaithon kelesuan, kemalasan ini! Ingatlah kawan jalan ini menghantarkanmu pada Bidadari surga yang sudah menanti Di SANA!!!!

“ Ya Allah condongkanlah hatiku pada ketaatan. Rindukanlah rasaku pada jalan Dakwah.”

Green said, " I love Dakwah"



Inilah jalan hidup kita,
Di sinilah kita merindukan cita,
Di sinilah kita mencinta,
Di jalan nan panjang.



Pradika Annas K.
X-1 / 25
12 Mei 2012

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenai Anime Monster (2004)

Trans Semarang dari Poncol ke UNDIP

The Lord Of The Ring dan Optimisme Akan Takdir