Saat Jam Pelajaran Itu Juga Pendidikan?



Apabila kita mencari tahu tentang pendidikan di Indonesia maka kesan apa yang akan hadir dalam benak kita? Kita bisa bertanya ke siapa saja mahu ke orang tua, teman sejawat kita, para guru, pengamat pendidikan ataupun kotak ajaib bernama Google search engine.

Setelah bertanya pada orang-orang  diatas maka banggakah kita atau kita malah menanggapi dengan nada pesimis yang menyuarakan “Ah andai saja aku bisa bersekolah di negeri orang.” Atau “Enaknya anak-anak di negeri itu.”.



Memang  #katanya beberapa media pendidikan di Indonesia sudah sangat mengecewakan jauh bila dibandingkan dengan tetangga serumpun. Mulai dari alokasi dana APBN yang kurang, Sistem pembelajarannya  yang mengekang siswa, tidak tersebarnya kesetaraan pendidikan antara wilayah pusat dan pinggiran. Namun yang cukup mengherankan pula  #katanya anak didik negeri ini berulang kali mampu mencetak prestasi akademis baik fisika, matematika, ataupun invention dan itu cukup banyak untuk bisa disejajarkan dengan Negara-negara maju.

Berbagai upaya (juga) #katanya dilakukan untuk memperbaiki system didik di Negara ini mulai dari sertifikasi guru, penggodokan konsep UNAS yang hamper tiap tahun meningkat standarnya, dan sekarang ini sedang diberlakukan Kurikulum  2013 yang #katanya (lagi) mengedepankan moral disbanding nilai akademis.

Nah, setelah mengetahui tentang pendidikan Indonesia dari sumbermu sendiri apa pendapat pribadi kamu. Terkadang dalam suatu cangkru’an siswa-siswa SMA tak jarang membahas topic yang satu ini. Terkadang aku hanya diam mendengar tiap analisis mereka yang tak kalah dengan pendapat para pakar.

Sering kali aku tak paham dengan apa yang kawan-kawanku katakan, untuk membaca info tentang pendidikan negeri ini juga ku tak sepenuhnya paham. Tapi yang aku lihat dalam pengajaran yang tiap harinya selama 5 hari dalam seminggu adalah :

-          PR. Hampir semua anak yang normal dan masih cinta bermain-main selalu mengeluhkan yang satu ini sebenarnya entah kenapa. Yang mengerjakan tepat waktu banyak, tapi juga berbanding lurus dengan mereka yang tidak mengerjakannya (Contohnya aku). PR diberikan pada jam pelajaran untuk dikerjakan di rumah, jikalaupun deadlinenya adalah esok hari dengan jam kegiatan PBM pukul 07.00-15.00 maka dirumah tersedia 15 jam untuk mengerjakannya. Tapi kenapa bisa tidak mengerjakanya??? Entahlah males, sibuk, tiduk, maen, tidak paham, tidak bisa.


-          Jam KBM (kegiatan belajar mengajar) jika menggunakan ilustrasi di atas maka kita punya 8 jam minus 1 jam waktu istirahat untuk belajar di sekolah itu artinya hamper satu pertiga hari kita belajar. *Sama dengan waktu tidur

Lantaran durasi yang cukup lama maka tak diragukan kondisi kelas tidak kondusif. Ada yang tertidur, berceloteh ria, membully teman sebangku, bermain dengan gadget baru dan sebagainya lah. Tapi yang hebat kalau diberi soal bisa selesai tepat waktu. Sebenarnya apakah 8 jam di sekolah itu tertalu lama sehingga setiap anak sangat menyambut dengan penuh suka ria saat pulang? Benarkah 8 jam itu kita belajar? Entahlah.


-          Terlalu mengejar nilai. Sebenarnya nilai itulah yang dikejar semua siswa tidak hanya di Indonesia tapi siswa seluruh dunia. Akan wajar jika kita sangat mendamba nilai bagus, sangat normal jika kita kawatir nilai kita turun. Tapi yang tak wajar adalah membiarkan target kita mengejar nilai itu mengekang.
Boleh saja jika 20 jam dalam sehari seorang siswa mau belajar asal dia tidak terkekang oleh persepsi nilai bagus. Bagaimana tampaknya seorang siswa yang terkekang target nilai??? Entahlah amati sahaja sendiri.

What I Think
29 Agusts 2013

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenai Anime Monster (2004)

Trans Semarang dari Poncol ke UNDIP

The Lord Of The Ring dan Optimisme Akan Takdir