Jangan Mau Kerjain PR...




Sebelum menggerakkan scroll mouse ke bawah, mari kita ingat-ingat sejenak tugas dari sekolah atau PR apa saja yang masih belum kita kerjakan. Jika masih ada beberapa PR yang menumpuk kerjain dulu baru baca blog orang! Hehe, becandanya ga lucu.

OK, yang kita ingat-ingat adalah hal yang kita alami sehari-hari di bangku sekolah saja. Agan Sista berangkat ke sekolah jam berapa? Dalam perjalanan memakan waktu berapa menit? Sampai di sekolah jam berapa? Jika kawan bukanlah orang pertama yang hadir di kelas, apa yang biasanya temen-temen kita kerjain?

-          Baca buku pelajaran??? “Ah engga hari ini ga ada ulangankan, lo becanda kan!!?”
-          Olah raga?? “Ga mungkin juga, masih pagi kali kelihatan masih ada yang baru bangun.”
-          Duduk-duduk becanda sama pacarnya? “Kurang ajar banget tuh,,,pasti dia ga jomblo.”
-          Oh iya ngerjain PR!!!” Apa PR apa, halaman berapa yang bener aja, kapan dikumpulin, lo dah selese belum!”

Ya itulah yang biasa saya alami di kelas karena saya paling males ngerjakan PR jujur aja, bukan karena apa-apa sih, tapi karena males aja. Kalau kata temanku karena PR itu menyebalkan ia menyita waktu-waktu kita di rumah. Bayangin kita udah di sekolahselama 9 jam eh masih diberi PR pula.


Sebenarnya kita berada dalam kondisi yang digambarkan seperti buah simalakama, serba sulit dimana-mana. Kalaupun PR dikurangi frekuensinya maka yang dikhawatirkan siswa tidak akan belajar di rumah lantaran tidak tau apa yang harus ia pelajari akibatnya materi pun ia tertinggal karena hanya mengandalkan materi yang diberikan oleh sekolah. 

Dan kalaupun tetap diteruskan seperti ini kebiasaan tidak mengerjakan PR, serta kebiasaan dikekang oleh PR akan terus saja begitu. Walaupun rata-rata semua murid terbebani oleh PR rasanya apa yang bisa kita lakukan? Dan pada akhirnya hal itu menjadi hal yang lumrah bahkan harus ada dalam pendidikan bagi sebagian orang. Tapi sayangnya kita juga member cap pada mereka yang tidak mengerjakan PR sebagai siswa gagal tanpa mau tahu apa sebab mereka tak kerjakan PR.

“Lho itu kan salah satu bentuk kerja keras, emang kamu maunya sekolah cuma enak-enakan?”

Tentu itu kerja keras, kerja keras itu bagus. Etos kerja dalam Islam juga dijunjung tinggi karena kerja keraslah Islam mengukir sejarahnya dalam tinta emas. Tapi dapat kita bedakan di sini antara kerja keras akibat resiko yang ia ambil sendiri maka ia adalah seorang pejuang, namun jika ia bekerja keras akibat dipaksakan maka ia adalah (Maaf) budak.

Kita harus pandai-pandai mengatur strategi untuk mengerjakan PR secara nyaman.Salah satunya adalah semaksimal mungkin berusaha jangan sampai kerjakan PR di rumah, bukan berarti kita mengerjakan pada esok harinya di saat hari H. Tapi langsung saja kerjakan di sekolah har iitu juga. Misal kita dapat PR matematika kerjakan bab ini itu pada hari senin, maka jangan sampai kita pulang ke rumah sambil membawa PR tersebut. 

Hal itubisa dilakukan dengan mengerjakannya sepulang sekolah, ambil 15-20 menit untuk reflex. Bisa dengan sholat, beli jajan, bercanda atau pun tiduran sebentar. Setelah itu kerjakan PR tersebut ajak teman lebih enak, 5 anak untuk kerjakan PR bareng sudah maksimal.

Karena jika terlalu banyak ada “The Law of Deminishing Return.”Dalam ekonomi  yang intinya terlalu banyak orang dalam satu pekerjaan maka tidak akan efektif. Ingat kan lelucon spongebob, berapa banyak tupai yang dibutuhkan untuk mengganti satu bola lampu? Kita bukan tupai kan? hehe

Kelemahannya ini hanya dapat dilakukan jika sarana yang ada memadai, jika PR nya harus meng-unduh file ini itu sedangkan kita ga ada koneksi ya haruslah dibawa ke rumah tugas itu.

Lalu mengerjakannya jangan ber-orientasi bahwa semua soal harus selesai, buat batasan missal dalam satu jam selesai tidak selesai kegiatan kita akhiri untuk pulang. Orientasikan untuk mengerti bagaimana cara mengerjakan. Karena sebagian guru berpendapat PR dibuat sebagai guarantee bahwa siswa akan belajar. 

Karena jikapun soal belum selesai jika kita sudah tahu bagaimana caranya, maka di rumah pun PR tidak akan terasa terlalu mengerikan.
Mungkin itu terdengar sangat remeh, tapi bagi saya itu sudah sangat bermanfaat karena jika pun pada akhirnya saya tidak mengerti maka saya tinggal berkata pada guru, “bu saya masih belum paham bagaimana caranya.”.dan jika PR sudah selesai maka di rumah saya bisa mengerjakan hal lain yang lebih asyik daripada kerjain PR.

Mau nge-game lah, mau ada les las lah, mau baca novel lah, mau walking di blog ini lah. Enak kalau tanggungan PR ga ada. hehe

Duh Lupa masi ada PR
5 Nov 2013

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenai Anime Monster (2004)

Trans Semarang dari Poncol ke UNDIP

The Lord Of The Ring dan Optimisme Akan Takdir